Ketika Perekonomian Jordania Kehilangan Oksigen Akibat Revolusi Arab
Amphitheater Menyisakan Aktivitas Pekerja Konstruksi
Sabtu, 05 Maret 2011 – 08:08 WIB
Tetapi, tidak ada satu pun warga Prancis terlihat di Jabal Al Qala?a pada Kamis itu. Demikian juga turis asal Inggris. Tidak hanya di Jabal Al Qala?a, tetapi juga di beberapa lokasi wisata sekitar Amman, ibu kota Jordania. Misalnya, Masjid Biru dan Rome Amphitheater.
"Anda turis pertama yang datang ke sini hari ini (Kamis lalu)," kata Aziz Ahmet, salah seorang penjaga Masjid Biru.
Apa yang terjadi? Hussein menyebut memanasnya geopolitik di kawasan Arab dan Timur Tengah sebagai penyebab. Begitu "Revolusi Arab" mulai berkobar di Tunisia, kemudian menjalar ke Mesir, Yaman, dan kini Libya, gelagat penurunan jumlah wisatawan asing mulai terlihat. Termasuk para wisatawan regional dari kawasan yang sama.
Bisa jadi para wisatawan itu berpikir dua kali. Mereka khawatir akan terjebak di tengah-tengah konflik politik di kawasan Arab dan Timur Tengah yang acap berujung darah. Kerusuhan di Mesir dulu, contohnya, menewaskan ratusan orang. Di Libya, jumlahnya malah lebih banyak lagi, mencapai ribuan.
Kendati berada di kawasan rentan konflik, Jordania tidak pernah menduga api revolusi bakal mengancam sektor andalannya: pariwisata. Padahal, cuaca
BERITA TERKAIT
- Eling Lan Waspada, Pameran Butet di Bali untuk Peringatkan Melik Nggendong Lali
- Grebeg Mulud Sekaten, Tradisi yang Diyakini Menambah Usia dan Menolak Bala
- AKBP Condro Sasongko, Polisi Jenaka di Tanah Jawara
- MP21 Freeport, Mengubah Lahan Gersang Limbah Tambang Menjadi Gesang
- Sekolah Asrama Taruna Papua, Ikhtiar Mendidik Anak-anak dari Suku Terpencil Menembus Garis Batas
- Kolonel Zainal Khairul: Pak Prabowo Satuan Khusus, Saya Infanteri dari 408