Ketika Perekonomian Jordania Kehilangan Oksigen Akibat Revolusi Arab
Amphitheater Menyisakan Aktivitas Pekerja Konstruksi
Sabtu, 05 Maret 2011 – 08:08 WIB
Bahkan, Bahrain yang tidak punya sejarah panjang aksi jalanan pun harus menyaksikan tumpahnya darah sejumlah demonstran. Di tengah kecamuk yang menawarkan maut seperti itu, wajar kalau siapa pun yang berencana bepergian ke Timur Tengah dan kawasan Arab menunda dulu.
Situasi di Jordania memang tidak separah negeri tetangga-tetangganya itu. Sempat ada demonstrasi jalanan, tapi berlangsung dengan damai. Negeri yang dipimpin Raja Abdullah II itu juga tidak berbatasan langsung dengan Mesir, Libya, dan Yaman, negeri-negeri yang revolusinya paling panas.
Tetapi, tetap saja di mata umum Jordania adalah negara yang berada di kawasan yang tidak aman. Dan, jelas itu adalah bencana bagi negeri berpenduduk 6,4 juta jiwa tersebut. Sebab, turisme adalah salah satu oksigen perekonomian negeri yang "tak seperti negara-negara sekawasan" tak punya sumber minyak tersebut.
Padahal, baru tahun lalu mereka begitu bungah karena mencatat lonjakan jumlah wisatawan terbesar. Menurut Badan Pariwisata Jordania, sepanjang Januari?September 2010, tercatat 3,56 juta turis yang berkunjung. Itu berarti meningkat 23,4 persen jika dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya.
Kendati berada di kawasan rentan konflik, Jordania tidak pernah menduga api revolusi bakal mengancam sektor andalannya: pariwisata. Padahal, cuaca
BERITA TERKAIT
- Eling Lan Waspada, Pameran Butet di Bali untuk Peringatkan Melik Nggendong Lali
- Grebeg Mulud Sekaten, Tradisi yang Diyakini Menambah Usia dan Menolak Bala
- AKBP Condro Sasongko, Polisi Jenaka di Tanah Jawara
- MP21 Freeport, Mengubah Lahan Gersang Limbah Tambang Menjadi Gesang
- Sekolah Asrama Taruna Papua, Ikhtiar Mendidik Anak-anak dari Suku Terpencil Menembus Garis Batas
- Kolonel Zainal Khairul: Pak Prabowo Satuan Khusus, Saya Infanteri dari 408