Ketika Perekonomian Jordania Kehilangan Oksigen Akibat Revolusi Arab
Amphitheater Menyisakan Aktivitas Pekerja Konstruksi
Sabtu, 05 Maret 2011 – 08:08 WIB
Tetapi, siapa mengira, berawal dari aksi bakar diri seorang pedagang buah di Tunisia, menyalalah revolusi yang apinya menjalar ke mana-mana. Termasuk "membakar" sektor andalan Jordania, negeri yang terkenal stabil dan terpisah benua dari Tunisia yang berada di Afrika Utara itu. Kini Jordania pun hanya bisa berharap agar badai tersebut segera berlalu.
Telepon di kamar hotel berdering dan seorang teman, warga Jordania, mengajak Jawa Pos bersantap malam. Kami pun menyusuri jalanan Amman pada Kamis malam (3/3) yang merupakan "akhir pekan". Sebab, Jumat adalah hari libur di negeri berpenduduk sekitar 6,5 juta jiwa tersebut.
Kemeriahan tampak di mana-mana. Kafe-kafe pinggir jalan di "Paris"-nya Amman, Rainbow Street, penuh pengunjung. Sisha diisap beramai-ramai, dengan teman atau keluarga, ditemani minuman penghangat badan di tengah suhu yang lumayan menusuk tulang sekitar 8 derajat Celsius.
Para perempuan berjins, sepatu bot, dan atasan ketat dengan desain mutakhir juga ramai berlalu-lalang di Zahra Street serta Jabal Amman, pusat-pusat perbelanjaan terkenal di kota yang terletak di perbukitan tersebut. Berserak pula para pria berambut klimis dan berjaket tebal yang rapi. Warga urban Jordan memang terkenal sangat memperhatikan penampilan.
Kendati berada di kawasan rentan konflik, Jordania tidak pernah menduga api revolusi bakal mengancam sektor andalannya: pariwisata. Padahal, cuaca
BERITA TERKAIT
- Eling Lan Waspada, Pameran Butet di Bali untuk Peringatkan Melik Nggendong Lali
- Grebeg Mulud Sekaten, Tradisi yang Diyakini Menambah Usia dan Menolak Bala
- AKBP Condro Sasongko, Polisi Jenaka di Tanah Jawara
- MP21 Freeport, Mengubah Lahan Gersang Limbah Tambang Menjadi Gesang
- Sekolah Asrama Taruna Papua, Ikhtiar Mendidik Anak-anak dari Suku Terpencil Menembus Garis Batas
- Kolonel Zainal Khairul: Pak Prabowo Satuan Khusus, Saya Infanteri dari 408