Ketika Perekonomian Jordania Kehilangan Oksigen Akibat Revolusi Arab

Amphitheater Menyisakan Aktivitas Pekerja Konstruksi

Ketika Perekonomian Jordania Kehilangan Oksigen Akibat Revolusi Arab
Ketika Perekonomian Jordania Kehilangan Oksigen Akibat Revolusi Arab

Tetapi, siapa mengira, berawal dari aksi bakar diri seorang pedagang buah di Tunisia, menyalalah revolusi yang apinya menjalar ke mana-mana. Termasuk "membakar" sektor andalan Jordania, negeri yang terkenal stabil dan terpisah benua dari Tunisia yang berada di Afrika Utara itu. Kini Jordania pun hanya bisa berharap agar badai tersebut segera berlalu.

Telepon di kamar hotel berdering dan seorang teman, warga Jordania, mengajak Jawa Pos bersantap malam. Kami pun menyusuri jalanan Amman pada Kamis malam (3/3) yang merupakan "akhir pekan". Sebab, Jumat adalah hari libur di negeri berpenduduk sekitar 6,5 juta jiwa tersebut.

Kemeriahan tampak di mana-mana. Kafe-kafe pinggir jalan di "Paris"-nya Amman, Rainbow Street, penuh pengunjung. Sisha diisap beramai-ramai, dengan teman atau keluarga, ditemani minuman penghangat badan di tengah suhu yang lumayan menusuk tulang sekitar 8 derajat Celsius.

Para perempuan berjins, sepatu bot, dan atasan ketat dengan desain mutakhir juga ramai berlalu-lalang di Zahra Street serta Jabal Amman, pusat-pusat perbelanjaan terkenal di kota yang terletak di perbukitan tersebut. Berserak pula para pria berambut klimis dan berjaket tebal yang rapi. Warga urban Jordan memang terkenal sangat memperhatikan penampilan.

Kendati berada di kawasan rentan konflik, Jordania tidak pernah menduga api revolusi bakal mengancam sektor andalannya: pariwisata. Padahal, cuaca

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News