Ketika Rano Karno Merindukan Dunia Seni
Senin, 31 Mei 2010 – 05:32 WIB
”Memang nggak mungkin saya membagi waktu agar bisa ikut main film atau sinetron. Saya cukup jadi penulis skenario saja,” ujar Rano.Satu cerita film buatan Rano, kini siap diproduksi pada Juni mendatang. Judulnya Satu Jam. Setelah itu, Rano akan menulis lagi cerita tentang seni budaya Barongsai yang hidup di kalangan warga China Benteng, Tangerang.
”Alhamdulillah, dengan aktif lagi jadi penulis, gairah kerja saya kembali mantap,” tutur Rano. Menurut aktor kelahiran 8 Oktober 1960 ini, tugas rutinnya sebagai wakil bupati Tangerang, selain membantu penyelesaian tugas-tugas rutin kepala daerah, juga memikirkan bagaimana memperbaiki kesejahteraan masyarakat Kabupaten Tangerang.
”Saya sering kedatangan tamu yang minta bantuan karena anaknya belum bayaran di sekolah. Sering juga saya menemukan warga Kabupaten Tangerang yang jadi peminta-minta di jalan. Kalau sudah melihat kenyataan itu, saya tidak bisa diam, terus memikirkan agar si miskin itu tidak jadi peminta-minta lagi. Ternyata yang seperti itu banyak jumlahnya,” pungkasnya.
Perlu diketahui, sejak umur sembilan tahun, Rano sudah diajak ayahnya membintangi film Lewat Tengah Malam, memerankan tokoh anak. Namanya mulai dikenal lewat film Si Doel Anak Betawi (1972) karya Sjuman Djaja yang diangkat dari cerita Aman Datoek Madjoindo. Dalam film itu, putra ketiga dari enam bersaudara pasangan Soekarno M. Noer (Minang) dan Istiarti M Noer (Jawa) berperan sebagai pemeran utama.
Meski sudah cukup lama berkecimpung di pemerintahan dengan menjabat sebagai wakil bupati Tangerang periode 2008-2013. Namun rindu Rano Karno di dunia
BERITA TERKAIT
- Setahun Badan Karantina Indonesia, Bayi yang Bertekad Meraksasa demi Menjaga Pertahanan Negara
- Rumah Musik Harry Roesli, Tempat Berkesenian Penuh Kenangan yang Akan Berpindah Tangan
- Batik Rifaiyah Batang, Karya Seni Luhur yang Kini Terancam Punah
- 28 November, Masyarakat Timor Leste Rayakan Kemerdekaan dari Penjajahan Portugis
- Eling Lan Waspada, Pameran Butet di Bali untuk Peringatkan Melik Nggendong Lali
- Grebeg Mulud Sekaten, Tradisi yang Diyakini Menambah Usia dan Menolak Bala