Ketika 'Surga' Diserang

Ketika 'Surga' Diserang
Ketika 'Surga' Diserang

Hal ini menyadarkan saya.

Saya melihat dua perempuan di pinggir jalan dan bilang: 'tolong jaga perempuan ini, saya tidak tahu dia siapa, tapi dia butuh pertolongan'. Dan saya berbalik mengikuti pria tersebut masuk ke Sari Club.

Malaikat berjalan di 'neraka'

Banyak orang memuji aksi kepahlawanan orang asing pada 12 Oktober malam tersebut. Penduduk lokal maupun turis bekerja sama menyelamatkan korban pengeboman, menyingkirkan puing, menawarkan pertolongan dan menyediakan tumpangan ke rumah sakit.

ALAN: Saya dibangunkan oleh saudara saya di Sydney yang belum tidur. Ia menelepon dan mengatakan ada semacam ledakan [di Bali] dan memastikan kalau kami baik-baik saja. Jadi saya langsung ke luar rumah karena tahu saya harus mulai bekerja.

Saya membawa buku catatan, pulpen, HP dan air. Saya bilang ke keluarga kalau saya akan mengabari mereka lalu [pergi].

THIOLINA: Saya tidak tahu berapa lama saya pingsan. Saya tidak bisa melihat, yang nampak hanya sebuah titik cahaya di kejauhan. Saya tidak tahu apa yang terjadi pada wajah saya, badan saya, tapi saya berteriak meminta tolong. 'Tolong, tolong.' Saya berusaha membuka pintu kiri mobil, tapi tidak bisa. Saya terus mencoba.

DECI: Waktu saya bangun posisi saya sudah di bawah dasbor mobil. Lengan kiri saya nyangkut di pintu. Mobilnya terbakar. [Teman saya] Lina dan Gatot sudah tidak lagi di dalam mobil. Saya berusaha keluar ... tapi tidak bisa membuka pintu kiri. ... Pintu di kursi depan terbuka, jadi saya keluar dari sana.

Di luar semuanya api. Saya tidak bisa melihat, badan saya berlumuran darah. Saya berusaha tetap tenang dan mencari jalan keluar menghindari api.

Penyintas bom Bali dari Australia dan Indonesia, mantan kepolisian Australia, wartawan, dan pakar terorisme menceritakan kembali peristiwa bom Bali, salah satu tragedi yang memakan banyak korban jiwa Australia

Sumber ABC Indonesia

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News