Ketika Urang Awak Menolak Bayar Pajak

Ketika Urang Awak Menolak Bayar Pajak
Plakat Pahlawan Rombongan 17 pimpinan Siti Manggopoh. Foto: Istimewa.

Urang awak menolak takluk. Penindasan berbuah perlawanan. 

Nagari Air Bangis, Painan dan Padang Panjang mengeluarkan resolusi penentangan. Luhak Agam tidak memenuhi undangan kepala laras saat sosialisasi. 

Ada juga yang unjuk rasa ke kantor Asisten Residen di Bukittinggi. Dalam aksi itu, blanko belasting dirobek rakyat.

Protes Tak Berdengar

Untuk memuluskan peraturan belasting, pemerintah malah menempatkan balatentara untuk  memungut pajak di sejumlah nagari. Mereka mendirikan markas.

Satu di antaranya di Bukit Bunian Berpuncak Tujuh, dua kilometer dari Pasar Manggopoh, Lubuk Basung. 

"Belanda menempatkan sebanyak 55 orang tentara di sini," tulis buku Siti Manggopoh, karya Abel Tasman, Nita Indrawati, Sastri Yunizarti Bakry. 

Tak sekadar memungut pajak, merasa berkuasa dan punya senjata, para serdadu kumpeni itu mulai berulah. Berlaku semena-mena. Sampai-sampai merendahkan nilai-nilai keperempuanan yang dijunjung tinggi di Minangkabau.

TAHUN bertarekh 1908. Ketika orang pergerakan di tanah Jawa mendirikan Boedi Oetomo, ranah Minang tengah bergolak. Urang awak angkat senjata, menolak

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News