Ketika Urang Awak Menolak Bayar Pajak
Habis sabar, seorang perempuan bernama Siti dari nagari Manggopoh merancang pemberontakan. Siti ketika itu berumur 28 tahun. Ia lahir bulan Mei 1880.
Dikumpulkannya para pendekar. Diajaknya berundinga di surau Kampung Parit, kini masjid Pahlawan Manggopoh.
Hadir di situ, Pak Cik Tuanku Padang, Majo Ali, Dullah Sutan Marajo, Rahman Sidi Rajo, Tabuh Mangkuto Sutan, Dukap Marah Sulaeman, Muhammad Bagindo Sutan, Tabad Sutan Saidi, Kalik Bagindo Marah, Unik, Sain Sidi Malin, Kana, Dullah Pakiah, Nak Abas Bagindo Bandaro, Sumun Sidi Marah, Siti dan suaminya Rasyid Bagindo Magek.
Merujuk jumlah yang hadir, "mereka membentuk Rombongan 17," tulis buku Siti Manggopoh.
Di surau yang hanya berjarak beberapa ratus meter dari benteng Belanda, siasat disusun.
Siti yang ketika itu sedang ranum-ranumnya, bertugas menyusup ke markas Belanda untuk membaca keadaaan. Kendati sudah beranak dua, Siti masih bahenol.
Dullah mendulang sebanyak-banyaknya informasi di warung sate miliknya. Majo ali bertugas membangun front ke Kamang, Bukittinggi; menemui pimpinan gerakan rakyat di sana.
Seperti apa perlawanan yang dipimpin seorang perempuan ini? Ikuti sambungannya... “Siti Manggopoh, Kepala Pemberontak dari Ranah Minang”. (wow/jpnn)
TAHUN bertarekh 1908. Ketika orang pergerakan di tanah Jawa mendirikan Boedi Oetomo, ranah Minang tengah bergolak. Urang awak angkat senjata, menolak
Redaktur & Reporter : Tim Redaksi
- Freddie Mercury, Majusi dan Asma Allah di Jagat Rock
- Tak Perlu Sekolah Tinggi, Inilah Kisah Penemu Listrik...
- Benarkah Ekspedisi Pamalayu Penaklukkan Jawa atas Sumatera? Ini Bukti Arkeologisnya...
- Saat Ditemukan, Candi ini Menginspirasi Belanda Membuat Kapal, Eh...Ditenggelamkan Nazi
- Kota Tjandi, Nama Asli Wilayah Candi Muara Takus
- Obituari Ani Yudhoyono