Ketika Yahudi Australia Berubah Pikiran soal Israel, Simak Ceritanya

Ketika Yahudi Australia Berubah Pikiran soal Israel, Simak Ceritanya
Seorang pekerja medis Palestina mengumpulkan sampel usap dari seorang anak laki-laki untuk diuji penyakit coronavirus (COVID-19), di Jalur Gaza selatan, Kamis (14/1/2021). Foto: ANTARA FOTO/REUTERS/Ibraheem Abu Mustafa/RWA/sa.

"Melihat apa yang terjadi di Gaza sejak 7 Oktober sungguh memilukan, sejujurnya, dan saya sangat malu, saya sangat malu. Karena hal itu dilakukan atas nama saya."

Antony, sekarang tinggal di Sydney, adalah tokoh terkemuka di kalangan warga Yahudi Australia yang menentang operasi militer Israel di Gaza.

Ia tidak hanya terkejut dengan banyaknya korban jiwa di kalangan warga Palestina, tapi disebutkan juga kalau serangan tersebut adalah untuk melindungi orang-orang Yahudi.

"Para pemimpin Yahudi, di Australia, Amerika Serikat, maupun Inggris, punya pesan yang sama: dukung apa yang dilakukan Israel, karena itu akan membuat kita tetap aman. Padahal tidak ada bukti yang mendukung hal tersebut," katanya.

"Itu malah membuat kita semakin tidak aman. Warga Israel tidak akan pernah aman, orang-orang Yahudi tidak akan pernah aman, sampai warga Palestina aman dan tenteram."

Selama enam bulan terakhir, Antony menyuarakan kemarahannya kepada jutaan orang dengan tampil sebagai komentator untuk jaringan media seperti CNN, MSNBC, Al Jazeera, serta di radio serta televisi Turki.

Buku terbarunya, "The Palestine Laboratory", yang menyelidiki penggunaan senjata teknologi tinggi oleh Israel terhadap warga Palestina, menjadi buku terlaris internasional serta memberinya penghargaan jurnalisme tertinggi di Australia, Walkley Award.

Antony mengatakan ribuan orang sudah menghubunginya untuk mengucapkan terima kasih karena keberaniannya angkat bicara.

Investigasi Antony Loewenstein terhadap Israel dan kependudukannya di Palestina mendapat pengakuan internasional

Sumber ABC Indonesia

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News