Ketua Fraksi Demokrat DPR Dianggap Narsis
Selasa, 11 Januari 2011 – 02:22 WIB
Namun menurut Romi, PPP tak mau diakuisi oleh partai manapun, termasuk Partai Demokrat. Romi juga menegaskan, PPP tidak pernah bernegosiasi terkait akuisisi ini. "PPP juga menegaskan tidak ada satupun elemen PPP baik dewan pimpinan partai maupun badan otonom yang membicarakan kemungkinan tersebut," tegas Romi.
Dijelaskannya, pernyataan Jafar Hafsyah sangat tidak etis. Pernyataan itu akan membuka motif sesungguhnya di balik usulan kenaikan PT atau penambahan jumlah dapil. "Ternyata usulan tersebut semata-mata untuk mendapatkan kursi secara gratisan. Ini yang saya sebut watak oportunis dalam politik, memanipulasi peraturan untuk kepentingan diri dan kelompoknya," ujar Romy.
Romi pun membandingkan saat PDIP mendapatkan suara 33 persen pada Pemilu 1999, atau 1,5 kali lipat dari perolehan Partai Demokrat pada Pemilu 2009 namun tidak berusaha mengganjal parpol lain dengan PT. Menurut Romi, pikiran-pikiran oportunis seperti ini tidak pernah ada bagi partai-partai yang memiliki tradisi panjang sebagaimana halnya PPP. Sebab, kemenangan hanya bisa diraih dengan kerja keras, bukan karena mengakali.
"Karena itu, PPP mengajak seluruh parpol bersaing secara sehat dan mengembalikan keluhuran dan etika berpolitik. Jika tidak dihentikan, keinginan Partai Demokrat ini bisa menjadi trigger merapatnya bangunan komunikasi intensif di antara partai-partai tengah," pungkas Romi. (fas/jpnn)
JAKARTA - Wakil Sekretaris Jenderal (Wasekjen) Partai Persatuan Pembangunan (PPP), M Romahurmuziy, menuding Ketua Fraksi Partai Demokrat DPR, Mohammad
Redaktur & Reporter : Tim Redaksi
BERITA TERKAIT
- Survei Trust Indonesia: Bassam-Helmi Jadi Pemenang Pilbup Halmahera Selatan
- Gelar Doa Bersama, Timses RIDO: Isi Masa Tenang dengan Hal Positif
- Pemuda Kristen Jakarta Kecam Pernyataan Bermotif SARA Menteri Maruarar Sirait
- 3 Pejabat Pemkab Banggai jadi Tersangka Tindak Pidana Pemilu 2024
- Pakar Politik Menyamakan Jokowi dengan Pembunuh Berdarah Dingin, Ini Sebabnya
- Beredar Surat Instruksi Prabowo untuk Pilih Ridwan Kamil, Ini Penjelasannya