Ketua Investigasi Kecelakaan AirAsia Itu Teriak: Tidak Boleh Dibuka!

Ketua Investigasi Kecelakaan AirAsia Itu Teriak: Tidak Boleh Dibuka!
Mardjono Siswosuwarno (dua dari kanan) menjelaskan progres investigasi kecelakaan pesawat AirAsia QZ8501 di kantor KNKT beberapa waktu lalu. Foto: Ariski Prasetyo/Jawa Pos

Berawal dari kampus, Mardjono mempelajari aspek mekanik komponen pesawat. Misalnya, komponen mesin, baling-baling, serta bodi pesawat. ’’Bahan-bahannya kami harus tahu,’’ ujarnya.

Tidak sekadar tahu, dia juga harus bisa mengetahui dan menyelidiki penyebab rusaknya komponen pesawat tersebut. Misalnya, mesin pesawat saat kecelakaan. Kondisi mesin bisa merusak komponen listrik, pecah atau patah. Dari mesin itu, bisa ditambahkan data penyebab jatuhnya pesawat selain dari kotak hitam.

Selain di kampus, Mardjono pernah ’’magang’’ di pabrik. Di sana, dia mesti mempelajari sebuah sistem yang berjalan di pabrik. Menurut dia, ada kemiripan antara pabrik dan pesawat.

Terkait dengan sistem tersebut, jika ada satu saja bagian yang terganggu, bagian lain akan ikut terganggu. Akibatnya, jika itu terjadi di pabrik, produksi tidak bisa berjalan, sedangkan pada pesawat, mesin akan rusak.

Setelah rampung menimba ilmu, Mardjono bergabung di KNKT. Tepatnya setelah insiden jatuhnya pesawat Singapura Silk Air 185 pada Desember 1997. Pesawat komersial jurusan Jakarta–Singapura itu jatuh di Sungai Musi, Palembang, Sumatera Selatan.

Kecelakaan tersebut menewaskan 104 orang. Oleh pemerintah, Mardjono diminta menjadi tim investigator kecelakaan itu.

Mardjono tidak bisa melupakan pengalaman pertama bertugas di KNKT. Dia memaparkan, insiden jatuhnya Silk Air itu menjadi pelajaran pertama sekaligus yang paling unik. Sebab, dengan kecepatan tinggi, pesawat meluncur ke Sungai Musi. Alhasil, bodi pesawat hancur berkeping-keping.

Ayah dua anak tersebut menyatakan miris melihat kejadian itu. Sebab, puing pesawat yang ditemukan petugas di dasar sungai sangat banyak. Saking banyaknya, KNKT diminta menyewa alat pengeruk untuk mengangkat kepingan pesawat dari dasar sungai. Bentuk pesawat itu pun sudah susah dikenali. ’’Sebesar 73 persen bodinya hancur,’’ ujarnya.

MASIH ada misteri di balik kecelakaan pesawat AirAsia QZ8501. Prof Dr Mardjono Siswosuwarno, sebagai ketua investigasi kecelakaan pesawat yang menewaskan

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News