Ketua MPR Ajak Masyarakat Tak Reaktif soal Palu Arit

jpnn.com - SOLO - Akhir-akhir ini marak kabar tentang beredarnya gambar palu arit yang lebih dikenal sebagai lambang Partai Komunis Indonesia (PKI). Pro dan kontra pun muncul karena semakin banyak saja orang-orang yang terang-terangan menggunakan atribut dengan logo organisasi terlarang itu.
Namun, Ketua MPR Zulkifli Hasan justru meminta masyarakat tak perlu reaktif dengan pihak-pihak yang mengenakan atribut palu arit. Sebab, katanya, bisa jadi kalangan muda yang banyak mengenakan logo palu arit hanya untuk bergaya saja.
"Jangan terlalu reaktif menyikapi soal palu arit. Mungkin saja mereka anak muda yang memakai itu hanya untuk gaya-gayaan saja,” ujarnya usai mengadakan bersilaturahmi dengan ulama Solo, Habib Syekh bin Abdul Qadir Assegaf, Selasa ( 10/5 ).
Ketua umum Partai Amanat Nasional (PAN) itu menambahkan, bisa jadi anak-anak muda yang mengenakan palu arit juga tak tahu maknanya. “Banyak kan anak muda yang menggambar apa saja walaupun tidak mengerti maknanya hanya untuk gaya," ulasnya.
Karenanya Zulkifli mengharapkan kalangan yang mengenakan palu arit untuk bergaya sebaiknya cukup diberi penyuluhan dan pemahaman. Tapi jika memang mereka berniat untuk melakukan penyebaran pemahaman komunis dengan sengaja itu, lanjutnya, maka hal itu sama saja bertentangan dengan nilai Pancasila yang sangat luhur.
Ia menegaskan, ada proses hukum bagi pihak yang menggunakan palu arit untuk menyebarkan komunisme. "Jika itu kesengajaan maka diproses saja sesuai hukum yang berlaku," tandasnya.(adv/ara/jpnn)
Redaktur & Reporter : Tim Redaksi
- Menteri PKP Maruarar Sirait Segera Selesaikan Polemik Meikarta
- Hakim dan Pengacara Terlibat Suap Rp 60 Miliar Pantas Dihukum Berat
- ART Sebut Kejagung Hadapi 2 Lawan saat Menangani Perkara, Satunya Buzzer
- Fee Proyek 10 Persen Terungkap di Sidang Mbak Ita, Apa Peran Iswar Aminuddin?
- Paus Fransiskus Wafat, David Herson: Kita Kehilangan Tokoh Perdamaian Dunia
- Seorang Pria di Palu Divonis Penjara 1 Tahun 5 Bulan Gegara Gadaikan Mobil Kredit