Ketum Projo Minta Presiden Bersihkan Mafia PCR, Irma Suryani Mengaku Heran
jpnn.com, JAKARTA - Mantan anggota Tim Kampanye Nasional (TKN) Jokowi-Ma'aruf, Irma Suryani Chaniago merespons pernyataan Ketua Umum Pro Jokowi (ProJo) Budi Arie Setiadi yang meminta Presiden Joko Widodo membersihkan mafia PCR.
Irma meminta para sukarelawan Jokowi untuk tidak membuat gaduh terkait kisruh PCR.
Menurut dia, kisruh PCR tidak didasari dengan data yang akurat dan cenderung tendensius serta terkesan menggiring opini publik.
"Tidak memberikan data lengkap pada publik dalam tulisannya terkait jumlah PCR yang telah terdistribusikan oleh pemerintah dan berapa jumlah yang dikelola yayasan kemanusiaan," kata Irma kepada JPNN.com, Sabtu (6/11).
Politikus Partai Nasional Demokrat (NasDem) itu mengaku heran dengan sukarelawan Jokowi yang dinilai ikut menambah kegaduhan dalam isu bisnis PCR.
"Kok, bisa-bisanya beberapa sukarelawan (Jokowers) ikut menambah kegaduhan dari informasi tulisan 'diduga' tanpa data tersebut. Lalu meminta presiden untuk melakukan reshufle?" lanjutnya.
Menurut wanita yang akrab disapa Uni Irma itu, pernyataan Ketua Umum Projo yang juga merupakan Wakil Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi itu justru mencederai kepercayaan presiden pada anak buahnya.
"Mencederai kepercayaan presiden pada menteri yang bekerja mencari vaksin, mendorong obat terapi murah untuk COVID-19 (Ivermectin) hanya karena sang menteri memiliki yayasan kemanusian yang sahamnya enam persen di perusahaan diduga mendapat cuan dari bisnis PCR," tutur Irma.
Irma Suryani Chaniago meminta Ketua Umum Projo Budi Arie Setiadi dan Jokowers untuk tidak membuat gaduh terkait isu bisnis PCR
- Anggap Pernyataan Budi Arie Hoaks, Tim Pemenangan Pram-Doel Layangkan Somasi
- Jokowi Seharusnya Tidak Memanfaatkan Prabowo Demi Kepentingan Politik Pribadi
- Budi Arie Dituding Pro-Judi Online, Sekjen Projo: Tuduhan Jahat dan Keji
- ASN Komdigi Terlibat Judi Online Sudah Teridentifikasi Lama, tetapi Budi Arie Cuek Saja
- Prabowo dan Jokowi Bertemu di Surakarta, Lalu Makan ke Angkringan
- Akbar Yanuar