Keturunan Pendekar Islam Demak Berkampung Di Pulau Bali
Di sana ada masjid yang disebut-sebut sebagai masjid tua. Namanya masjid Al Fathul Djalil.
Berdasarkan plakat marmer di dinding masjid, tertara tulisan; Didirikan oleh R.K.H. Abdul Djalil pada tahun 1460.
Entah sejak kapan bermula, penduduk setempat, tak lagi menggunakan bahasa ibunya--bahasa Jawa. Mereka sehari-hari berbahasa Bali.
Lebih dari itu, "orang-orang Islam di Saren Jawa mempergunakan nama depan orang Bali yang menunjukkan tingkatan kelahiran," ungkap guru besar Ilmu Sastra Universtas Udayana (Unud) Bali, A.A.G Putra Agung kepada JPNN.com, awal Juni 2016.
Seperti Wayan, Made, Ktut, Nyoman. "Sebagai contoh ada yang bernama Wayan Achmad," ungkap Putra Agung, pendiri jurusan Ilmu Sejarah di Unud yang pernah meneliti sejarah masuknya Islam ke Pulau Bali.
Ulama setempat, KH Hasan Astari yang juga menjabat klien adat, karib disapa Made.
JPNN sempat berkenalan dengan seorang pedagang ayam goreng bernama Wayan Masrah. Campuran nama Bali yang notabene Hindu dengan bahasa Arab.
Meski ada yang berasal dari Jawa, hampir seluruh perkampungan Islam di Bali Timur merupakan keturunan orang Sasak, Lombok.
- Freddie Mercury, Majusi dan Asma Allah di Jagat Rock
- Tak Perlu Sekolah Tinggi, Inilah Kisah Penemu Listrik...
- Benarkah Ekspedisi Pamalayu Penaklukkan Jawa atas Sumatera? Ini Bukti Arkeologisnya...
- Saat Ditemukan, Candi ini Menginspirasi Belanda Membuat Kapal, Eh...Ditenggelamkan Nazi
- Kota Tjandi, Nama Asli Wilayah Candi Muara Takus
- Obituari Ani Yudhoyono