Ketut Liyer; Sosok Penting dalam Film Eat, Pray, Love yang Dibintangi Julia Roberts (1)
Tolak Bermain Film meski Diiming-imingi Rp 200 Juta
Selasa, 27 Oktober 2009 – 05:53 WIB
Sejak bertemu Liyer, Elizabeth mulai mendapatkan jalan terang dalam menjalani hidup. Selain diramal melalui garis tangannya, Elizabeth belajar meditasi untuk menenangkan pikiran. Berapa kali Elizabeth datang" Mangku Liyer mengaku tidak hafal. "Kadang dia datang, kadang tidak. Yang jelas, dia tidak muncul setiap hari," tuturnya.
Kedatangan Elizabeth juga membawa manfaat bagi Liyer. "Kami saling tanya jawab. Bahkan, kakek diajari bahasa Inggris. Kulit buku yang rusak diperbaiki menjadi utuh oleh Elizabeth," kenangnya. Ketika ditanya seputar kemampuannya meramal, Liyer terdiam sejenak. Dia lantas menghitung setiap tahun umurnya. "Sekarang saya berumur 95 tahun. Saya belajar (meramal) kurang lebih saat umur 50 tahunan," katanya.
Menjadi peramal sebenarnya bukan cita-cita Liyer. Dia sebenarnya lebih berminat ke dunia seni lukis. Liyer adalah salah satu murid pelukis ternama asal Belanda, Rudolf Bonnet, yang menghabiskan waktunya di kampung turis Ubud. Yang namanya jalan hidup tidak bisa dihindari. Liyer akhirnya menekuni dunia peramal setelah menerima berbagai kejadian yang sulit diterima nalar. Apalagi, secara garis keturunan, Mangku Liyer memang keturunan peramal.
Suatu ketika Mangku Liyer menolak meramal karena lebih mengutamakan melukis karena lebih menjanjikan secara material. Namun apa yang terjadi. Saat menghidupkan petromaks (lampu berbahan minyak tanah), tiba-tiba tangan kanannya kena percikan api yang menyebabkan luka bakar. "Bekasnya masih terlihat," kata Mangku Liyer sambil menunjukkan goresan di tangan kanannya.
Nama Ketut Liyer, warga Pangosekan, Ubud, Gianyar, Bali, disebut dalam novel Eat, Pray, Love karya Elizabeth Gilbert. Kini ketika novel yang sangat
BERITA TERKAIT
- Eling Lan Waspada, Pameran Butet di Bali untuk Peringatkan Melik Nggendong Lali
- Grebeg Mulud Sekaten, Tradisi yang Diyakini Menambah Usia dan Menolak Bala
- AKBP Condro Sasongko, Polisi Jenaka di Tanah Jawara
- MP21 Freeport, Mengubah Lahan Gersang Limbah Tambang Menjadi Gesang
- Sekolah Asrama Taruna Papua, Ikhtiar Mendidik Anak-anak dari Suku Terpencil Menembus Garis Batas
- Kolonel Zainal Khairul: Pak Prabowo Satuan Khusus, Saya Infanteri dari 408