Khawatir Sultan Dibisiki Setan, Kiai NU Jogja Tolak Sabdaraja
Jadul lantas merinci satu per satu gelar untuk Sultan Jogga. Misalnya, gelar ngabdurakhman menunjukkan posisi sultan sebagai raja, tapi tetap hamba Tuhan. Gelar itu membatasi sultan supaya tidak bertindak otoriter.
Sedangkan makna sayidin panatagama berarti tugas menciptakan kehidupan umat beragama supaya tetap harmonis. “Gelar-gelar ini penting untuk menjamin keamanan, ketentera-man, dan keharmonisan. Ada stigmatisasi perubahan gelar terhadap Islam,” paparnya.
Sedangkan salam penjelasan tertulis PWNU Jogja berjudul “Kontroversi Sabdaraja Sultan HB X”, para kiai berharap agar gelar-gelar yang sebelumnya disandang Raja Jogja tetap dipertahankan. PWNU merasa memiliki kewajiban moral dan sosial untuk mengingatkan hal itu karena punya hubungan historis yang kuat dengan Keraton Jogja.
Berdirinya Keraton Jogja sebagai penerus dinasti Mataram Islam tidak bisa dilepaskan dari peran para kiai. Jadul mencontohkan keberadaan pondok pesantren di Mlangi, Sleman yang didirikan KH Nuriman atau RM Sandiyo yang tak lain salah satu saudara Pangeran Mangkubumi atau HB I.(jpnn)
JOGJA – Sabdaraja yang dikeluarkan Sultan Hamengku Bawono Kasepuluh pada 30 April bukan hanya menimbulkan kegelisahan di internal Keraton
Redaktur & Reporter : Tim Redaksi
- Pemprov Uji Coba Helipad Kantor Gubernur Papua Barat
- Menyamar Jadi Pembeli, Polisi Tangkap Wiraswasta & Mahasiwa Pembawa 2,6 Kg Sabu-Sabu di Siak
- 4 Rumah dan 1 Bengkel di Agam Terkena Longsor, 22 Jiwa Terdampak
- PAM Jaya Pasang Pompa Alkon, Masyarakat Bilang Begini soal Dampaknya
- Bus Rombongan SMP Bogor Kecelakaan di Tol Pandaan-Malang, 4 Orang Tewas
- PPPK 2024 Tahap II, 204 Tenaga Non-ASN Sudah Mendaftar