Khofifah dan 'Misi' yang Belum Tuntas

Oleh Zaenal A Budiyono*

Khofifah dan 'Misi' yang Belum Tuntas
Khofifah Indar Parawansa. Foto: Charlie L/Indopos/dok.JPNN.com

Dia memang kalah di Pilkada 2008. Namun, menteri negara pemberdayaan perempuan di era Presiden Abdurrahman Wahid itu kalah secara terhormat, dengan kepala tegak. Lima tahun berselang pada Pilkada Jatim 2013 Khofifah kembali maju menantang Soekarwo yang notabene patahana.

Menghadapi lawan berat dan banyaknya kandidat, Khofifah tetap bisa memberikan perlawanan sengit meski lagi-lagi berada di urutan dua dengan 37,76 persen suara. Soekarwo kembali menang dengan suara 47,91 persen.

Apa yang bisa kita petik dari perjalanan politik seorang Khofifah?

Pertama, dia profil politisi perempuan dengan stamina politik luar biasa. Bagaimana tidak, jarang sekali politisi mampu terus eksis dan merajut karier politiknya setelah dua kali kekalahan menyakitkan.

Namun, itu tak berlaku bagi Khofifah. Pasca-kalah pada dua Pilkada Jatim, dia tetap berdiri tegak sembari menyangga karier politiknya sendiri. Tak ada kesan baperan atau putus asa.

Dalam skala yang berbeda, mungkin mirip dengan The Iron Lady, Margareth Teacher, Perdana Menteri Inggris yang dikenal sebagai pemimpin perempuan dunia yang keras dan konsisten dengan pendiriannya. Khofifah yang tak mudah tumbang, justru ia tetap istiqomah meniti karier politiknya, jatuh, bangun, bangkit kembali, hingga mencapai kursi Mensos seperti saat ini.

Kedua, Khofifah adalah seorang demokrat sejati. Kala kalah kontroversial di Pilkada Jatim 2008, Khofifah menempuh langkah hukum dan tidak melakukan perlawanan di luar koridor hukum. Itu menunjukkan bahwa ia memaknai demokrasi bukan sekedar prosedur, melainkan nilai-nilai yang menjungjung tinggi etika dan suara (kedaulatan) rakyat.

Begitu pun saat Komisi Pemilihan Umum (KPU) mengesahkan pasangan Soekarwo – Gus Ipul, tak ada perlawanan berlebihan dari pendukungnya. Padahal di banyak Pilkada di Indonesia, kerap terjadi benturan di lapangan yang dimulai dari kandidat yang tidak puas dengan mekanisme demokrasi yang ada.

Sejarah mencatat, Khofifah dua kali kalah di ajang Pemilihan Gubernur Jawa Timur sebelumnya oleh pasangan yang sama, yakni Sukarwo–Gus Ipul.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News