Kiai Google
Oleh: Dhimam Abror Djuraid
Ceramah para ustaz dan kiai digital ini tidak hanya didengar dan disaksikan di Indonesia, tetapi di seluruh dunia.
Diaspora Indonesia yang tersebar di seluruh dunia bisa melakukan streaming secara live, mengikuti pengajian secara langsung, berdialog secara langsung dengan sang kiai, di mana pun mereka berada.
Gus Nadjih yang ada di Rembang, Jawa Tengah bisa memberikan pengajian Al-Hikam secara live dan disimak oleh santri yang ada di Johanesburg, Kairo, maupun Washington DC.
Para santri digital ini tumbuh di mana-mana dan menjadi jaringan santri digital yang kuat dan solid. Mereka menjadi komunitas santri digital global baru yang menjadi bagian dari ‘’the network society’’ atau masyarakat berjaringan (Castells, 1996).
Digitalisasi dakwah menjadi fenomena mutakhir yang membawa berkah bagi dunia dakwah. Fenomena ini tidak pernah ada dalam sejarah dakwah Islam sepanjang 15 abad perkembangan Islam.
Hal ini menimbulkan kegalauan di kalangan tradisionalis, yang mengkhawatirkan lunturnya tradisi pengajaran Islam tradisional seperti yang selama ini hidup di pesantren.
Ada kekhawatiran munculnya santri digital ini akan menimbulkan trivialisasi, pendangkalan, pemahaman Islam.
Ajaran Islam memang menyebar dengan sangat masif. Namun, penyebaran itu hanya bersifat kulit saja tanpa pendalaman isi. Para tradisionalis mengkhawatirkan, pengajian digital tidak akan mutawatir, tidak menyambung kepada sumber yang otoritatif.
Dulu masyarakat desa tunduk, tawaduk, dan cium tangan kiai, sekarang tunduk dan tawaduk kepada Kiai Google, tanpa cium tangan.
- Cloudflare 2024 Sebut Indonesia Punya Kinerja Digital Terbaik
- Fitur Enhance di Google Drive Berfungsi Mengedit Tampilan Dokumen
- Google dan Samsung Mengembangkan Sistem Operasi Android XR
- Google Memperkenalkan GenCast, Diklaim Lebih Bagus dari ENS
- Google Cloud Memperkenalkan 2 Model AI Generatif, Imagen 3 dan Veo
- Tingkatkan Kinerja Aplikasi, Google Translate Hadirkan Sticky Translation Mode