Kiai Google
Oleh: Dhimam Abror Djuraid
Ini adalah reaksi wajar atas perubahan sosial. Di mana pun dan kapan pun, teknologi akan membawa perubahan kecil sampai revolusioner. Perubahan sosial itu akan membawa konsekuensi perubahan tradisi, yang pada akhirnya akan menghilangkan otoritas elite terhadap publik.
Di masa lalu, para kiai di lingkungan tradisional menjadi elite sosial yang menjadi pusat untuk belajar dan bertanya.
Seluruh perikehidupan, mulai dari mencari jodoh sampai mencari pekerjaan, akan ditanyakan kepada kiai.
Kiai kampung, dengan otoritasnya yang tinggi, akan menjadi rujukan kebenaran, dan menjadi opinion leader dan opinion maker yang sangat powerful.
Dengan munculnya teknologi digital otoritas itu berpindah dari para kiai tradisional kepada ‘’K.H Google’’.
Persoalan agama dan persoalan sosial apa pun akan ditanyakan kepada Kiai Google, dan jawaban yang diterima nyaris diterima tanpa pertanyaan.
Kalau dulu masyarakat desa tunduk, tawaduk, dan cium tangan kiai, sekarang mereka tunduk dan tawaduk dengan penuh takzim kepada Kiai Google, meskipun tanpa cium tangan.
Kiai Google dan para kiai digital itu mengancam pengaruh kiai tradisioanal. Teknologi digital menjadi ancaman terhadap otoritas kiai tradisional.
Dulu masyarakat desa tunduk, tawaduk, dan cium tangan kiai, sekarang tunduk dan tawaduk kepada Kiai Google, tanpa cium tangan.
- Cloudflare 2024 Sebut Indonesia Punya Kinerja Digital Terbaik
- Fitur Enhance di Google Drive Berfungsi Mengedit Tampilan Dokumen
- Google dan Samsung Mengembangkan Sistem Operasi Android XR
- Google Memperkenalkan GenCast, Diklaim Lebih Bagus dari ENS
- Google Cloud Memperkenalkan 2 Model AI Generatif, Imagen 3 dan Veo
- Tingkatkan Kinerja Aplikasi, Google Translate Hadirkan Sticky Translation Mode