Kiai Google
Oleh: Dhimam Abror Djuraid

Ini adalah reaksi wajar atas perubahan sosial. Di mana pun dan kapan pun, teknologi akan membawa perubahan kecil sampai revolusioner. Perubahan sosial itu akan membawa konsekuensi perubahan tradisi, yang pada akhirnya akan menghilangkan otoritas elite terhadap publik.
Di masa lalu, para kiai di lingkungan tradisional menjadi elite sosial yang menjadi pusat untuk belajar dan bertanya.
Seluruh perikehidupan, mulai dari mencari jodoh sampai mencari pekerjaan, akan ditanyakan kepada kiai.
Kiai kampung, dengan otoritasnya yang tinggi, akan menjadi rujukan kebenaran, dan menjadi opinion leader dan opinion maker yang sangat powerful.
Dengan munculnya teknologi digital otoritas itu berpindah dari para kiai tradisional kepada ‘’K.H Google’’.
Persoalan agama dan persoalan sosial apa pun akan ditanyakan kepada Kiai Google, dan jawaban yang diterima nyaris diterima tanpa pertanyaan.
Kalau dulu masyarakat desa tunduk, tawaduk, dan cium tangan kiai, sekarang mereka tunduk dan tawaduk dengan penuh takzim kepada Kiai Google, meskipun tanpa cium tangan.
Kiai Google dan para kiai digital itu mengancam pengaruh kiai tradisioanal. Teknologi digital menjadi ancaman terhadap otoritas kiai tradisional.
Dulu masyarakat desa tunduk, tawaduk, dan cium tangan kiai, sekarang tunduk dan tawaduk kepada Kiai Google, tanpa cium tangan.
- Perkuat Infrastruktur Cloud, CARSOME Group Gandeng Google Dorong Inovasi Berbasis Data dan AI
- Pengguna Android Auto Kini Lebih Bebas Memainkan Gim di Mobil
- Google Membocorkan Spesifikasi Pixel 9a, Catat Tanggal Peluncurannya
- Google Memperkenalkan Gemini 2.5, Diklaim Paling Cerdas
- Pengguna Google Kini Dapat Berinteraksi dengan AI Gemini Lewat Video Real Time
- Dilengkapi AI, Gmail Makin Mudah Cari Surel yang Diinginkan