Kiai Ma'ruf Minta Maaf di Depan Penyandang Disabilitas
jpnn.com, JAKARTA - Calon Wakil Presiden (Cawapres) KH Ma'ruf Amin mengundang belasan penyandang disabilitas ke kediamannya di Jalan Situbondo, Menteng, Jakarta Pusat, Sabtu (24/11) untuk beraudiensi. Pada pertemuan itu Kiai Ma’ruf dihadiahi lukisan bergambar dirinya.
"Jadi saya mendapat kehormatan dari anak-anak saya, adik-adik saya, cucu saya, difabel untuk bersilahturahmi memberikan gambar saya. Yang tulisannya, difabel bersama abah," kata Ma'ruf usai pertemuan tertutup bersama kaum disabilitas selama dua jam.
Cawapres pendamping Joko Widodo itu juga kembali mengklarifikasi pidatonya yang menyinggung soal budek dan buta. Mantan rais aam syuriah Pengurus Besar Nahdatul Ulama (PBNU) itu menegaskan bahwa kata-kata budek dan buta tidak bermaksud secara fisik.
"Yang saya maksudkan bukan secara fisik tetapi secara hati. Karena tidak mungkin, cucu saya sendiri difabel. Jadi enggak mungkin menghina cucu saya sendiri. Sekarang cucu saya kuliah di Universitas Brawijaya Malang jurusan arsitektur. Karena itu saya tidak merasa saya merendahkan. Apalagi nabi pernah ditegur Allah karena kurang memperhatikan," katanya.
Kiai Ma'ruf mengaku memiliki cucu tunarungu. Namanya Ahmad Fatih Khalidi.
Dalam kesempatan itu Kiai Ma'ruf juga menyampaikan permintaan maaf jika ucapannya melukai kaum disabilitas. "Saya minta maaf, saya tidak ingin melukai padahal tidak ada kaitannya dengan fisik," pungkas Ma'ruf. (tan/jpnn)
Calon Wakil Presiden (Cawapres) KH Ma'ruf Amin mengundang belasan penyandang disabilitas ke kediamannya di Jalan Situbondo, Menteng, Jakarta Pusat.
Redaktur & Reporter : Tim Redaksi
- Peduli Atlet Disabilitas, ASABRI Dukung Turnamen Menembak Pusrehab Kemhan
- Ikuti Arahan Jokowi, Pujakesuma Dukung Ridwan Kamil-Suswono di Pilkada DKI
- KPK Cecar Ipar Jokowi terkait Pengaturan Lelang di Kemenhub
- Tanggapi Dukungan Jokowi Kepada Ridwan-Suswono, Syafrudin Budiman: Tanda-Tanda Kemenangan
- Pilkada Landak: Kaesang Sebut Heri-Vinsesius Didukung Jokowi & Prabowo
- Riyono Komisi IV: Kenaikan PPN Bertentangan dengan Spirit Ekonomi Pancasila