Kiai Profesor

Oleh: Dahlan Iskan

Kiai Profesor
Foto diambil dari Diway

Waktu itu Gatot lagi mendiskripsikan datangnya fajar pagi. Yang biasa ditandai dengan kokok ayam jantan: kukuruyuuuuuuuk!

”Bunyi kokok ayam itu kongkorongkoooong,” ujar Asep memberikan koreksi.

Pertengkaran pun terjadi.

Tidak pernah terselesaikan.

Lalu Asep berhenti sekolah di kelas 2 SMA itu. Tidak ada lagi biaya setelah sang ayah meninggal dunia. Ia pun pamit kepada kiai pondok Al Khoziny.

”Waktu itu beliau sudah pandai matematika, bahasa Inggris dan bahasa Arab,” ujar Gatot.

Pamit ke mana?

Tidak tahu. Asep tidak punya tujuan pasti hendak ke mana. Ia pun berjalan ke timur. Ke arah Lumajang. Lalu Jember. Banyuwangi. Probolinggo. Akhirnya berhenti di Pasuruan. Ia mengajar matematika di sebuah sekolah di pedesaan Pasuruan. 

Selama bersahabat, Gatot dan Asep hanya sekali bertengkar. Seru, lama, tak pernah terselesaikan. Itu gara-gara soal bunyi kokok ayam.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News