Kiai Profesor

Oleh: Dahlan Iskan

Kiai Profesor
Foto diambil dari Diway

Perjalanan itulah yang terpatri dalam otak dan hatinya: saat melihat banyaknya pabrik PMA di sepanjang jalan.

Saat meninggalkan pondok dan SMA Sidoarjo itu Asep hanya membawa satu tas. Isinya pun hanya dua stel baju dan dua buku: kamus bahasa Inggris dan Arab.

Di Pasuruan itu Asep ikut ujian persamaan SMA. Lulus. Lalu masuk IKIP Surabaya --jurusan bahasa Inggris.

Dengan bekal ijazah sarjana muda Asep bisa mengajar lebih resmi. Lalu kuliah lagi di jurusan bahasa Inggris di IKIP Malang. Sampai menjadi sarjana.

Ia masih kuliah lagi di UIN Sunan Ampel Surabaya. Untuk jurusan sastra Arab. Sampai sarjana muda.

Saat di Surabaya itu Asep mendirikan pondok pesantren. Yakni di Siwalankerto --sekitar 2 Km dari UIN Surabaya sekarang ini. 

Asep tahu untuk mendirikan sekolah diperlukan syarat formal kesarjanaan. Ia pun kuliah S2 di Universitas Islam Malang. Lalu S3 di Universitas Merdeka, juga di Malang. Dan kini Asep menjadi Prof. DR. KH Asep Saifuddin Chalim.

Presiden Joko Widodo hadir di acara pengukuhan Sabtu lalu. Saat menuju panggung Presiden Jokowi menghadap ke senat guru besar dulu. Lalu membungkuk khusyuk memberi hormat. Demikian pula setelah turun dari podium. Kembali menghadap senat dan kembali membungkuk hormat. 

Selama bersahabat, Gatot dan Asep hanya sekali bertengkar. Seru, lama, tak pernah terselesaikan. Itu gara-gara soal bunyi kokok ayam.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News