Killing Me Softly, pak SBY

Killing Me Softly, pak SBY
Killing Me Softly, pak SBY

Tampaknya sejak masa peringatan SBY hingga hari-hari ini, para petinggi parpol pendukung pemerintah sedang “diuji.” Bahkan, SBY akan bertemu langsung dengan pimpinan parpol. Apakah mereka tetap komit bersama koalisi, baik di eksekutif maupun di legislatif. Jika tidak, maka “pistol” pun akan meledak. Para menteri, kader parpol koalisi itu akan terkena reshuffle.

Bagi saya, “masa luang” ini aneh. Bukankah sudah jelas parpol mana yang membalelo dan sebaliknya loyal terhadap pemerintahan? Seluruh negeri ini sudah tahu bahwa Partai Golkar dan PKS telah menikam kehendak partai koalisi dalam kasus teranyar, yakni hak angket mafia perpajakan.

Logikanya, kok, teman seiring alias sekoalisi masih suka menjadi musuh dalam selimut? Mengapa tak langsung dicopot saja? Apakah ini gerangan, yang dimaksudkan oleh Roberta Flack dalam lagunya yang pernah kondang itu, “Killing  Me, Softly?”

Saya sendiri punya logika berbeda. Bahwa, haruslah dilihat bagai kinerja para menteri selama ini. Yang berapor “merah”  pantaslah didepak. Sementara yang berkinerja bagus patut dipertahankan. Soal hak angket yang gagal itu, adalah soal lain lagi, yang bisa dinegosiasikan dengan parpol koalisi, seraya merumuskan komitment baru, atau penegasan ulang komitment lama.

KOMENTAR Pramono Anung, yang saya baca di surat-kabar beberapa hari silam, sangat imajiner. Wakil Ketua DPR dari PDIP itu mengibaratkan Presiden

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News