Kini Banyak Dokter Ogah ke Daerah Terpencil

jpnn.com - JAKARTA--Banyaknya dokter yang enggan ditempatkan di daerah terpencil harus menjadi perhatian pemerintah pusat maupun daerah. Pasalnya, di wilayah terpencil, terluar, terisolir sangat membutuhkan tenaga dokter. Masih beruntung mereka dilayani bidan desa PTT meski dengan fasilitas terbatas.
"Dulu zaman saya, dokter wajib mengabdi di daerah terpencil. Ini diperkuat dengan Inpres, di mana lulusan dokter harus mengabdi minimal tiga tahun di luar Pulau Jawa dan lima tahun di sekitaran Jawa. Dengan pergantian, program ini berubah menjadi PTT, hanya saja kewajiban mengabdi di daerah sulit tidak ada lagi," ungkap Sumarjati Arjoso, mantan anggota Komisi IX DPR RI yang kini jadi pengamat kesehatan di Jakarta, Rabu (30/3).
Meski pemerintah memberikan program untuk penempatan wilayah terluar, tertinggal, dan terpencil, tapi tidaklah mudah meminta para dokter mengabdi di daerah tersebut. Alasannya untuk menjadi dokter mereka sudah mengeluarkan biaya besar.
"Memang terlihat perbedaan mencolok antara bidan desa PTT dengan dokter. Di desa-desa terpencil, kita masih bisa temui bidan. Namun dokter sangat jarang. Ini menjadi pekerjaan rumah pemerintah, bagaimana agar para dokter ini mau memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat," bebernya.
Dia menambahkan, saat ini ada 42 ribu bidan desa PTT yang tersebar di wilayah Indonesia. Hanya saja jumlah tersebut masih kurang dan harus ditopang oleh tenaga dokter maupun perawat. (esy/jpnn)
Redaktur & Reporter : Tim Redaksi
- Tugas Kantor Komunikasi Presiden Dianggap Tumpang Tindih, Begini Reaksi Mensegneg
- Kader Gerindra di Banggai Minta Polisi Menindak Pelaku Persekusi
- Paus Fransiskus Meninggal, Prabowo: Dunia Kehilangan Sosok Panutan dalam Kemanusiaan
- Mbak Ita bersama Suami Didakwa Terima Suap Rp 9,29 Miliar dari Proyek & Insentif ASN
- Dittipidsiber Bareskrim Turun Tangan Usut Gangguan Sistem Bank DKI
- Menindaklanjuti Pertemuan Bilateral, Menko Polkam BG Rapat Bahas Implementasi Batas Maritim