Kiprah Tim Hukum UI di Kompetisi Internasional Arbitrase Semu di Austria

Bangga Bisa Ungguli Harvard, Leiden dan Washington

Kiprah Tim Hukum UI di Kompetisi Internasional Arbitrase Semu di Austria
UKIR PRESTASI : Jeremiah Purba (tiga dari kiri) memimpin Tim UI menerima penghargaan Honorable Mention of Frederic Eisemann Award di Wina, Austria. (17/4) (Foto: Dokumen Pribadi)

Selanjutnya, RS tadi juga memiliki kontrak kedua, yakni pembelian alat pendeteksi kanker yang lebih mutakhir. Alat tersebut mampu secara aktif dengan sensor canggih mendeteksi dan mengatasi kanker. Permasalahan atau sengketa muncul karena alat di kontrak pertama tidak berfungsi alias rusak. Kemudian, masalah juga muncul pada pembelian alat di kontrak kedua. ”Ceritanya, alat di kontrak kedua itu tidak berjalansoftware-nya. Jadi, pihak RS merasa dirugikan dan menyetop sepihak klausul kontraknya dengan pihak swasta tadi,” paparnya.

Pemutusan sepihak dari RS tersebut jelas merugikan pihak swasta penyedia alat tadi. Pasalnya, pihak RS masih memiliki tanggungan USD 11,5 juta (sekitar Rp 132,3 miliar). Kerugian itu muncul karena pihak RS masih memiliki utang untuk kontrak pembelian alat yang pertama. Selain itu, pihak RS memiliki tanggungan cicilan untuk kontrak kedua.

Akhir cerita, panitia lomba membuat skenario bahwa pihak perusahaan swasta tersebut menjadi pihak penggugat. Sedangkan RS milik pemerintah itu menjadi pihak tergugat. Perkara tersebut diajukan ke meja pengadilan arbitrase.

Sebelum terbang mengelilingi Eropa, kata Jeremiah, timnya sudah mengirimkan naskah argumentasi ke panitia. Baik itu ketika berperan sebagai kuasa hukum pihak tergugat maupun penggugat. ”Naskah itu sifatnya formalitas. Belum dijadikan bahan penilaian lomba,” terangnya.

Setelah itu tim tersebut terbang ke Eropa untuk memulai perlombaan dengan modal uang sekitar Rp 200 juta. Sebelum mengikuti lomba inti di Wina, mereka menjalani dua kali lomba pemanasan dengan tema yang sama. Lomba pemanasan pertama digelar di Praha, Republik Ceko. Lomba itu bertajuk The 6th Annual BBH Prague Vis Pre-Moot pada 4–6 April lalu.

Pada lomba tersebut, tim UI berhasil menjadi juara pertama dan menyisihkan delegasi 30 kampus dari beberapa penjuru dunia. ”Selain itu, tim kami mendapatkan skor tertinggi,” paparnya.

Setelah itu mereka juga mengikuti lomba pemanasan di ajang The 4th Budapest (CEU) Vis Pre-Moot and Conference on International Commerce Law and Arbitration pada 7–9 April. Sayang, pada lomba uji coba kedua ini, nasib mereka tidak semujur di lomba pertama tadi. Pada lomba yang diselenggarakan di Budapest, Hungaria, itu, tim UI hanya duduk di peringkat kedua.

Jeremiah mengatakan, hasil di lomba pemanasan tersebut tidak dihitung dalam lomba inti di Wina. Sifat lomba di Budapest dan Praha itu murni pemanasan saja. Jeremiah menerangkan, saat menempuh perjalanan dari Praha ke Budapest, mereka sempat dibuat panik. Dia menceritakan, jadwal lomba di Budapest awalnya ditetapkan pukul 13.00 waktu setempat. Sehingga mereka menggunakan kereta dari Praha dengan perkiraan sampai di Budapest sekitar pukul 08.00 waktu setempat.

Implementasi hukum di Indonesia dicap buruk karena aroma suap dan penegakannya tebang pilih. Namun, tidak demikian tim mahasiswa hukum UI yang mengukir

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News