Kiprah Tim Hukum UI di Kompetisi Internasional Arbitrase Semu di Austria

Bangga Bisa Ungguli Harvard, Leiden dan Washington

Kiprah Tim Hukum UI di Kompetisi Internasional Arbitrase Semu di Austria
UKIR PRESTASI : Jeremiah Purba (tiga dari kiri) memimpin Tim UI menerima penghargaan Honorable Mention of Frederic Eisemann Award di Wina, Austria. (17/4) (Foto: Dokumen Pribadi)

”Tapi, ternyata jadwal lomba di Budapest dimajukan menjadi pukul 10.00 waktu setempat. Kami jelas panik, tidak sempat ganti baju, langsung ke arena lomba,” kenangnya. Untung, perjalanan dari stasiun kereta di Budapest menuju area lomba berjalan mulus. Jeremiah mengaku mendapatkan bantuan dari KBRI Budapest.

Jeremiah mengatakan, dengan bekal dua lomba pemanasan di Praha dan Budapest itu, langkah mereka menuju Wina semakin mantap. Mereka menghadapi lomba bertajuk The 21st Willem C. Vis International Commercial Arbitration Moot pada 7–9 April dengan langkah tegap. Setelah sampai di tempat perlombaan dan berkumpul dengan tim dari hampir 291 kampus dari 67 negara itu, nyali mereka sempat goyah. Pasalnya, beber Jeremiah, respons peserta lomba terhadap delegasi dari Indonesia tidak begitu positif.

Dia memperkirakan tim lain memandang delegasi dari Indonesia tidak akan bisa bersaing dalam kontes arbitrase internasional itu. Indikasinya bisa dilihat dari sedikitnya penonton yang melihat tim Indonesia berlaga.

Meskipun mendapatkan sambutan kurang meriah, Jeremiah berusaha meyakinkan semangat rekan-rekannya. Dia menuturkan, timnya harus tetap tampil maksimal, terlepas dari bagaimana respons tim lain. Di babak penyisihan pertama, mereka bertekad harus melalui dengan manis. Di babak ini, panitia menyusutkan peserta dari 291 tim menjadi hanya 64 besar. Bisa masuk menjadi 64 besar sudah mendapatkan penghargaan dari panitia, yakni Honorable Mention of Frederic Eisemann Award.

Di babak penyisihan, papar Jeremiah, timnya kali pertama menantang tim tangguh dari Yale University. Pada pertemuan ini, tim UI bertindak sebagai penggugat, sedangkan tim dari Yale sebagai tergugat. Seusai babak penjurian, tim UI bisa mengalahkan tim dari kampus yang didirikan pada 1701 (kampus tertua ketiga di AS) itu. ”Kami berhasil masuk ke 64 besar, sedangkan Yale tidak. Itu artinya nilai kami di atas mereka,” kata Jeremiah dengan raut muka semringah.

Di babak awal ini, selain berhadapan dengan tim dari Yale, tim UI menghadapi tim dari China University of Politic Science and Law (sekolah hukum terbaik di Tiongkok), Trinity Collage Dublin dari Irlandia (berdiri 1592 dan dijuluki Mother of New University), dan Ural State Law Academy dari Rusia (berdiri 1931 dan merupakan kampus ternama di Rusia). ”Keempat tim yang menjadi lawan kami di babak penyisihan tidak ada yang ke 64 besar,” papar Jeremiah.

Dia mengaku bangga bisa menembus 64 besar lomba itu. Sejatinya, pada kontes ini, ada tim dari Universitas Gadjah Mada (UGM). Namun, tim dari kampus yang berbasis di Jogjakarta tersebut gagal di babak penyisihan.

Jeremiah mengatakan, banyak tim dari kampus ternama yang tidak lolos ke 64 besar. Contohnya tim dari Harvard University, University College London, King’s College London, Leiden University (Belanda), dan University of Washington. ”Di babak penyisihan, kami memang tidak melawan langsung tim dari kampus-kampus top itu. Tapi, hasil penjurian, nilai kami di atas mereka,” paparnya.

Implementasi hukum di Indonesia dicap buruk karena aroma suap dan penegakannya tebang pilih. Namun, tidak demikian tim mahasiswa hukum UI yang mengukir

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News