Kirim Pos Bisa di Mal

Soal investasi, Setyo mengaku bahwa biaya yang dikeluarkan untuk program ini cukup besar. Dia menerangkan, untuk satu kantor saja dia harus menyewa sekitar 77 juta per tahun. Sehingga, pihaknya setidaknya harus mengeluarkan Rp 13 miliar per tahunnya untuk total anggaran. "Itu belum termasuk SDM dan biaya-biaya lain. Tapi, kalau tak mengambil langkah ini kinerja kami tak bisa tumbuh banyak," jelasnya.

      

Tapi, dia meyakinkan bahwa biaya yang dikeluarkan bakal setimpal. Sebab, pusat perbelanjaan, terutama dengan konsep penjualan grosir, tak bisa lepas dari jasa kurir. "Sedangkan, pembeli mereka tak selalu ada di kota besar. Bisa saja ada masyarakat di perbatasan Indonesia yang memesan. Itu lah peran pos yang tak bisa tergantikan," ujarnya.

      

Selain itu, Setyo yakin fasilitas jual beli online yakni Plaza Pos bisa menarik para pedagang untuk berlangganan dengan PT Pos Indonesia. "Di satu sisi, kami membantu para pedagang untuk memasarkannya secara luas dan menjamin persoalan distribusi. Di sisi lain, kinerja pengiriman barang kami juga pasti meningkat banyak," ujarnya.

      

Konsep yang ditawarkan oleh pihak mall. ITC misalnya, pengelola mengaku pembukaan kanto pelayanan pos di mall mendapatkan respon yang sangat positif. "Dengan adanya kantor pos, tenant kami tak perlu meninggalkan toko mereka terlalu jauh. Dan, mereka juga berminat untuk memasukkan barang dagangan mereka ke Plaza Pos. Sudah ada 34 tenant yang menunjukkan niat baiknya," ujar Hartanto S Nyoto, Direktur ITC Mega Grosir Surabaya. (bil)