Kisah 13 Pembaca Alquran Rutan Kelas I Surabaya
Anggap Bukan Penjara, tapi Pondok Pesantren

’’Ada yang bilang nggak tahu harus kerja apa lagi selain sabung ayam atau togel. Ya, harus sering dinasihati,” ujar pria asli Kediri itu.
Abdullah mengatakan, pihaknya bersyukur karena rutan sangat memfasilitasi kegiatan mereka. Sebab, menurut napi perkara pidana pasal 266 KUHP tersebut, semua lapas atau rutan yang pembinaan keimanannya kurang pasti tidak kondusif. Berbeda dengan Rutan Medaeng yang menurut dia lebih aman.
Abdullah dan Hedi menyatakan, penjara membawa banyak hikmah untuk mereka. Salah satunya bisa memahami karakter orang.
Dia bermimpi suatu saat setelah keluar dari rutan akan mengadakan pertemuan dengan sesama tahanan. ’’Semoga jalinan silaturahmi ini tidak terputus. Bisa bertemu lagi dalam kondisi lebih baik,” ujar keduanya serempak.
Teguh Hartaya, kepala seksi pelayanan tahanan Rutan Medaeng, menuturkan, tim pembaca Alquran ditunjuk dengan menggunakan surat keputusan (SK) resmi. Mereka adalah para aktivis masjid yang selama keseharian aktif di masjid. ’’Mereka ini berhasil menyemangati tahanan lainnya,” katanya. (c6/ib)
HIDUP di penjara bukan akhir segalanya. Bagi sebagian orang, menjalani masa hukuman justru bisa membawa kebaikan. Setidaknya, itu dirasakan 13 narapidana
Redaktur & Reporter : Tim Redaksi
- Musala Al-Kautsar di Tepi Musi, Destinasi Wisata Religi Warisan Keturunan Wali
- Saat Hati Bhayangkara Sentuh Kalbu Yatim Piatu di Indragiri Hulu
- Kontroversi Rencana Penamaan Jalan Pramoedya Ananta Toer, Apresiasi Terhalang Stigma Kiri
- Kisah Jenderal Gondrong ke Iran demi Berantas Narkoba, Dijaga Ketat di Depan Kamar Hotel
- Petani Muda Al Fansuri Menuangkan Keresahan Melalui Buku Berjudul Agrikultur Progresif
- Setahun Badan Karantina Indonesia, Bayi yang Bertekad Meraksasa demi Menjaga Pertahanan Negara