Kisah 2 Guru Program EPP di Samarinda, Bertarung dengan Tantangan, Lahirkan Perubahan
jpnn.com, SAMARINDA - Kompetensi seorang guru harus diasah secara konsisten. Tak jarang para guru melakukan berbagai upaya untuk memajukan kualitas pengajarannya, seperti pengalaman dua guru sekolah yang menjadi penggawa pendidikan asal Samarinda.
Demi tekadnya menjadi seorang pendidik, Rachmad Syarif rela merantau ke Samarinda yang jauhnya 12 jam perjalanan dari Berau, kota asalnya.
Sehari-hari, Syarif, begitu sapaannya, mengajar sebagai guru bahasa Indonesia di SMPN 4 yang merupakan salah satu sekolah unggulan di kota Samarinda.
Mengajar di sekolah unggulan bukan berarti Syarif tidak menemui tantangan, apalagi berhadapan dengan ratusan remaja yang sedang giat-giatnya menggali potensi diri sesuai minat masing-masing.
Keberagaman minat para murid inilah yang membuat Syarif harus mencari jalan tengah agar materi pembelajaran bisa tersampaikan dengan baik tanpa menghalangi cara para siswa berekspresi di sekolah.
Salah satu contohnya adalah murid Syarif yang sudah sering menjuarai turnamen sepak bola, tentu sepak bolalah yang menjadi ketertarikan utamanya, maka Syarif memasukkan banyak perumpamaan sepak bola saat menyampaikan pelajarannya.
Syarif pun berusaha memotivasi siswanya agar terus konsisten mengejar prestasi sesuai ketertarikan mereka.
"Saya berharap, cara semacam ini akan lebih mudah diterima dan dipahami," kata Syarif dalam keterangan tertulisnya, dikutip Selasa (27/6).
Kisah 2 guru program EPP di Samarinda, bertarung dengan tantangan, lahirkan perubahan. Simak selengkapnya.
- Dirjen Nunuk Imbau Pemda Angkat Guru PPPK Menjadi Kepsek, Ini 11 Ketentuannya
- Dirjen Nunuk: 12 Ribu Lebih Guru Penggerak Sudah jadi Kepala Sekolah
- Permendikbudristek 40 Mudahkan Guru PPPK Jadi Kepsek, Pemda Mbalelo
- Jangan Kaget, Sudah Banyak Guru PPPK jadi Kepala Sekolah
- Tantangan Implementasi Model Kompetensi Kepala Sekolah di Indonesia
- Rapat Kinerja Disdik, Pj Gubernur Sumsel Minta Kepala Sekolah Ciptakan Inovasi