Kisah Ady Setyawan Bukukan Peristiwa Heroik Surabaya
Senin, 20 Agustus 2018 – 16:10 WIB
jpnn.com, SURABAYA - Ady Setyawan dan Marjolein van Pagee adalah cucu tentara yang bertikai pada perang kemerdekaan Indonesia. Mereka dipertemukan delapan tahun lalu oleh hal yang sama: sejarah. Kolaborasi keduanya menghasilkan buku berjudul Surabaya di Mana Kau Sembunyikan Nyali Kepahlawananmu?
BEGITU banyak pejuang kemerdekaan yang dieksekusi di Penjara Koblen Bubutan pada 1946-1948. Saksinya Grijzenhout, tentara Belanda yang bertugas di penjara itu. Hatinya selalu perih mengingat setiap malam ada pejuang Indonesia yang menemui ajal di tangan algojo Belanda.
Dia marah dengan kekejaman itu. Dia tidak habis pikir, bagaimana Belanda yang pernah dijajah Jerman semasa PD II melakukan hal yang sama terhadap Indonesia. Grijzenhout tahu bahwa peperangan hanya akan melahirkan kekejian satu manusia terhadap manusia lainnya. Dia juga marah terhadap teman-temannya yang berlaku kejam kepada pejuang Indonesia. Tapi, dia tak bisa berbuat banyak untuk menghentikannya. Dia hanya bisa melampiaskan kekesalannya dengan membuang sepatu-sepatu regu tembak itu.
Veteran Belanda yang hafal lagu Indonesia Raya itu juga pernah ditugasi menjadi algojo. Tapi, di Madiun. Dia lakukan perintah tersebut. Dor... suara senjata api itu terdengar hingga ratusan meter. Peluru melesat ke udara. Itu tembakan palsu. Hanya pura-pura. Sengaja. Tentara Indonesia tersebut dia lepaskan, lalu berlari sekencang-kencangnya. Untuk menebus rasa bersalah bangsanya, dia berteman dengan banyak warga Indonesia.
Grijzenhout kini menetap di Zeeland. Sebuah provinsi di barat daya Belanda. Berbatasan dengan Belgia. Ady menempuh perjalanan udara selama 20 jam untuk menggali kisahnya. Begitu sampai di Belanda, veteran itu tak mau ditemui. Dia trauma ketika melihat wajah orang Indonesia. Peristiwa-peristiwa mengerikan tersebut bakal membanjiri pikirannya lagi.
Namun, dia mau diwawancarai. Untunglah, ada Marjolein. Jadi, saat sesi wawancara itu, Ady tidak ikut. Tak masalah karena pada akhirnya Marjolein bisa mengumpulkan kisah-kisah tersebut dengan utuh. Ternyata, Grijzenhout juga punya koleksi foto. Salah satunya foto Wardi. Warga Indonesia yang dulu menjadi sahabatnya. "Dia ingin tahu bagaimana kabar Wardi sekarang, " ujar Ady saat ditemui di kediamannya, Medayu Utara, Jumat (17/8).
Sayangnya, kisah Grijzenhout belum dimasukkan dalam buku yang diluncurkan tadi malam. Kisah itu bakal diterbitkan di edisi kedua pada 10 November. Namun, masih banyak kisah menarik lainnya dari kesaksian para veteran Belanda. Ada tujuh saksi pelaku sejarah yang dia wawancarai selama menetap di Belanda hampir sebulan.
Ady dan Marjolein juga menghabiskan waktu untuk mengumpulkan arsip di perpustakaan Leiden. Ada ribuan arsip dan catatan dari kedua pihak yang bertempur. Arsip serupa mereka dapatkan dari Dewan Harian Daerah (DHD) 45 Surabaya.
Dia marah dengan kekejaman itu. Dia tidak habis pikir, bagaimana Belanda yang pernah dijajah Jerman semasa PD II melakukan hal yang sama terhadap Indonesia
BERITA TERKAIT
- Mengenal Jejak Sejarah Lagu Indonesia Raya di Hari Pahlawan
- Peringati Hari Ayah, Telkomsel Ajak Masyarakat Luangkan Waktu Telepon Orang Tua
- Pj Gubernur Kaltim: Konteks Pahlawan Tidak Akan Pernah Mati
- Dharma Pongrekun Ajak Masyarakat Jadi Pahlawan untuk Selamatkan Jakarta
- Pimpin Peringatan Hari Pahlawan, Danrem 151/Binaiya Brigjen TNI Antoninho Berikan Penghargaan Kepada Prajurit Berprestasi
- Menteri Nusron Wahid dan Wamen Ossy Beri Penghormatan kepada Para Pahlawan