Kisah Arif...yang Menganggap Becak Adalah Jodoh
"Dulu satu kali antar penumpang kadang Rp 200, tapi bisa juga Rp 500, tergantung jauh dekatnya. Kalau dari pasar ke Mandonga mahal karena jauh, kalau hanya di Mata sana paling 300," katanya.
Dalam sehari, saat itu Arif bisa meraup penghasilan Rp 10 ribu hingga Rp 30 ribu perhari. Saat itu setoran becaknya pada juragan hanya Rp 1000 tiap hari. Jika ditotal, dalam sebulan Arif bisa berpenghasilan Rp 900 ribu. Lebih besar dari pada gaji tertinggi PNS kala itu Rp 600 ribu.
"Makanya dulu banyak orang Muna sama orang Kolaka yang merantau ke sini. Saya ingat dulu Kaimoeddin baru jadi gubernur, Kendari mulai banyak pendatang," kisahnya.
Namun, cerita mulai berubah ketika memasuki tahun 2000. Jasa antaran penumpang beralih dengan sepeda motor ojek. Setiap ruang parkir di Pasar Sentral dan Pelabuhan sudah "diekspansi" ojek. Arif pun mengaku pendapatannya setiap hari mulai menurun. Sejak saat itu, jumlah becak yang pernah mencapai ribuan satu persatu mulai berkurang. Sebagian dari mereka mulai beralih profesi menjadi petani, pedagang dan pekerja bangunan.
"Saya sempat jadi buruh bangunan waktu itu, karena Kendari juga sudah berubah jadi kotamadya, jadi banyak kerja kalau di bangunan," jelasnya.
Hanya beberapa bulan menjadi kuli konstruksi, Arif kembali menarik becak. "Lebih banyak dapat dibecak, bisa sampai Rp 70 ribu, kalau di bangunan hanya Rp 20 ribu per hari, itupun bawa sendiri makanan," kenang dia.
Hingga saat ini, Arif masih bertahan sebagai penarik becak. Meski pendapatannya rata-rata Rp 100 ribu perhari, lalu dikurangi sewa becak Rp 10 ribu, tapi itu sudah dianggap cukup menghidupi istri dan empat anaknya.
Kehadiran ojek, angkot dan taksi tak pernah dianggap Arif sebagai pesaing dalam melakoni profesi jasa angkutan penumpang. Menurut mereka, masing-masing angkutan punya kelebihan dan kekurangan. "Kalau orang yang naik ojek itu biasa karena jauh atau jalannya tanjakan seperti di Gunung Jati sana. Tapi dia hanya bisa muat satu orang. Kalau becak bisa dua orang, dan lebih santai juga," ujarnya. (b/*erlin ipo/adk/jpnn)
Redaktur & Reporter : Tim Redaksi
- Rumah Musik Harry Roesli, Tempat Berkesenian Penuh Kenangan yang Akan Berpindah Tangan
- Batik Rifaiyah Batang, Karya Seni Luhur yang Kini Terancam Punah
- 28 November, Masyarakat Timor Leste Rayakan Kemerdekaan dari Penjajahan Portugis
- Eling Lan Waspada, Pameran Butet di Bali untuk Peringatkan Melik Nggendong Lali
- Grebeg Mulud Sekaten, Tradisi yang Diyakini Menambah Usia dan Menolak Bala
- AKBP Condro Sasongko, Polisi Jenaka di Tanah Jawara