Kisah Arista, Pelajar Berprestasi Gagal PPDB 2020 karena Faktor Usia
"Dua penghargaan itu diraih Arista saat dia masih kelas lima SD. Saat itu memang dia aktif sekali ikut lomba. Setiap pekan pasti ikut lomba dan juara," kata Siwi.
Namun sejak Arista duduk di bangku SMP, kegiatan lomba mulai jarang diikuti dan lebih aktif berorganisasi sosial untuk mengajar seni lukis kepada anak jalanan dan pengunjung Ruang Publik Terbuka Ramah Anak (RPTRA).
"Itulah sebabnya anak saya tidak lolos dalam seleksi prestasi non-akademik. Walaupun nilai rata-ratanya 81,72," katanya.
Upaya lain pun ditempuh melalui jalur afirmasi Kartu Jakarta Pintar (KJP), zonasi, dan jalur prestasi akademik, tapi kandas akibat faktor usia.
Arista hingga Kamis ini telah berusia 15 tahun, delapan bulan, tiga hari.
Namun sejak faktor umur menjadi acuan utama PPDB, Arista kalah saing dengan siswa yang umurnya lebih tua.
"Yang paling banyak diterima justru peserta yang usianya 16 tahun, malah ada yang 19 tahun," katanya.
Sementara untuk menempuh pendidikan swasta, kata Siwi, diperlukan biaya mahal.
Inilah kisah Arista, pelajar berprestasi yang gagal PPDB Jakarta karena kalah bersaing dengan siswa yang umurnya lebih tua.
- Bandingkan Sikap Prabowo dan Gibran soal PPDB Zonasi
- DPM Beri Beasiswa Pelajar Berprestasi Kuliah ke China
- Gibran Minta Sistem Zonasi PPDB Dihilangkan, Mendikdasmen: Masih Pengkajian
- Mendikdasmen Abdul Mu'ti Ungkap Kebijakan PPDB, Tetap Sistem Zonasi?
- Gibran Bercerita tentang Suratnya yang Tidak Direspons Menteri
- Simak Pendapat 3 Cawagub Jakarta soal Sistem Zonasi PPDB