Kisah Bidan Menjemput Ibu Hamil, Terbiasa Melintasi Deretan Buaya
Nurika menjelaskan bahwa ibu hamil tersebut bernama Kawit (42), suaminya Ayam (43). Untuk membantu melahirkan anak keempat pasangan masyarakat suku asli di Desa Tanjung Darul Takzim itu, kembali harus menempuh sungai Suir yang dikenal banyak buaya.
Perjalanan 45 menit menuju pelabuhan Desa Lalang Tanjung terasa lebih lama karena mata-mata merah buaya saat disenter terlihat di tepi sungai.
Kekecewaan Nurika terlihat jelas dari rona wajahnya saat menceritakan perjuangannya membawa pasien ibu hamil tersebut. Pasalnya, setelah tiba di Pelabuhan Lalang tanjung dan dirujuk ke RSUD, sekitar pukul 23.00 wib si ibu hamil itu meninggal dunia. Untungnya, si jabang bayi selamat setelah melalui proses operasi.
“Sampai sekarang masih terasa kekecewaan karena ibu itu akhirnya meninggal karena terlambat mendapatkan pertolongan,” ujarnya, dengan air mata yang tampak menetes.
Salah satu warga Desa Tanjung darul Takzim, Syahroni mengakui kepada Riau Pos, bahwa sejak ada Nurika dan suaminya di Poskesdes Lalang Tanjung, masyarakat di Tanjung Darul merasa sangat terbantu.
Pasalnya jarang Bidan Desa yang sanggup menyeberang sungai dan membantu masyarakat yang sakit di Desa tanjung Darul takzim tersebut. Karena selain terisolir, juga kondisi jalan yang sangat buruk. ***
NURIKA Chandra AMd Keb, seorang bidan desa yang bertugas di Poskesdes Lalang Tanjung, Kecamatan Tebingtinggi Barat, Kabupaten Kepulauan Meranti,
Redaktur & Reporter : Tim Redaksi
- Kisah Jenderal Gondrong ke Iran demi Berantas Narkoba, Dijaga Ketat di Depan Kamar Hotel
- Petani Muda Al Fansuri Menuangkan Keresahan Melalui Buku Berjudul Agrikultur Progresif
- Setahun Badan Karantina Indonesia, Bayi yang Bertekad Meraksasa demi Menjaga Pertahanan Negara
- Rumah Musik Harry Roesli, Tempat Berkesenian Penuh Kenangan yang Akan Berpindah Tangan
- Batik Rifaiyah Batang, Karya Seni Luhur yang Kini Terancam Punah
- 28 November, Masyarakat Timor Leste Rayakan Kemerdekaan dari Penjajahan Portugis