Kisah Bintara yang Sukses "Taklukkan" Dua Jenderal di Sudan Selatan

Kisah Bintara yang Sukses "Taklukkan" Dua Jenderal di Sudan Selatan
MEWAKILI INDONESIA: Anra Nosa saat mengawasi kamp pengungsi di Juba, Sudan Selatan. FOTO: DOKUMENTASI ANRA NOSA FOR JAWA POS

Jabatan team leader dalam UNMISS itu diberikan kepada Anra karena dianggap berhasil mengendalikan demo besar-besaran di kamp pengungsian Sudan Selatan. 

Sejak merdeka, Sudan Selatan memang tak pernah sepi dari konflik. Skornya di Fragile States Index (dulu Failed States Index), daftar yang disusun Fund for Peace dan majalah Foreign sejak 2005, juga selalu tertinggi.    

Nah, pada November 2015, terjadilah demo besar itu. Kolonel Mario dari Jerman, team leader ketika itu, memerintah anggotanya untuk memasukkan pendemo ke holding facility (semacam penjara). 

Tapi, Anra yang ketika itu menjadi anak buah Mario menolak kebijakan tersebut. Dia mengusulkan penanganan pendemo yang lebih humanis.

”Ketika itu saya ingat yang diajarkan komandan saya saat masih di Polda Riau. Menangani pendemo itu harus didahului dengan cara yang humanis,” ujarnya. 

Anra akhirnya memutuskan bertindak sendiri. Dia menerima pengunjuk rasa dan menanyakan apa kebutuhannya. 

Ternyata, mereka hanya ingin diwadahi ke dalam World Food Supplement, sebuah organisasi PBB yang menangani persoalan makan pengungsi. Problem pun tertangani dengan baik. 

Beberapa hari kemudian, Anra dipanggil Senior Representative Secretary General (SRSG) yang dipimpin seorang jenderal perempuan dari Angkatan Darat Inggris. Anra dianggap lebih layak menjadi team leader. 

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News