Kisah Bintara yang Sukses "Taklukkan" Dua Jenderal di Sudan Selatan

Kisah Bintara yang Sukses "Taklukkan" Dua Jenderal di Sudan Selatan
MEWAKILI INDONESIA: Anra Nosa saat mengawasi kamp pengungsi di Juba, Sudan Selatan. FOTO: DOKUMENTASI ANRA NOSA FOR JAWA POS

Prestasi Anra di UN Police itu membuat Mabes Polri mengizinkan perpanjangan penugasan. Awalnya, para polisi yang tergabung dalam misi PBB hanya diberi waktu tugas satu tahun. 

Namun, khusus mereka yang memiliki posisi istimewa di UN Police, diberikan perpanjangan penugasan 2 x 6 bulan. Saat ini hanya tersisa empat polisi Indonesia dalam misi PBB, termasuk Anra.

Seperti Anra, tiga polisi lainnya juga mendapat tempat terhormat di UN Police. Mereka adalah Kompol Eko Budiman yang kini menjadi operational officer FPU Support Officer. Lalu, AKP Agung Wahyudi yang menjadi Unpol Chief of Rotations Unit. Dan, Bripka Hariyanto yang menjadi investigator di kantor OIOS (Office of Internal Oversight Service) di UNMISS. 

”Dari misi PBB ini saya melihat polisi kita itu ternyata lebih mengedepankan pendekatan humanis daripada negara lain,” katanya.

Banyak kenangan yang didapat Anra selama bertugas di PBB. Paling banyak mengatasi demo pengungsi. ”Namun, demo-demo itu tidak ada apa-apanya jika dibandingkan di Indonesia, hehehe,” katanya. 

Terlahir dari keluarga polisi, Anra sejak kecil memang ingin menjadi bagian dari keluarga besar Korps Bhayangkara. Orang tuanya merupakan polisi dari jalur tamtama dan pensiun dengan pangkat komisaris polisi (kompol). 

”Sebenarnya, keluarga saya ingin saya jadi dokter. Tapi, saya ingin jadi polisi. Apalagi ada kakak saya yang berhasil menjadi perwira TNI-AD dan polisi,” ujar anak keempat di antara lima bersaudara itu.

Anra sempat didaftarkan kuliah ke sebuah fakultas kedokteran universitas di Bandung. Namun, Anra memilih pulang ke Palembang, kota asalnya. Dia mencoba peruntungan dalam tes Akpol pada 2001. 

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News