Kisah Bocah Cantik Ini Mengharukan, Melihat Bunga Ingat Almarhum Ibunya
Malam itu, Santana tidak hanya menawarkan kue atau ikat rambut kepada pengunjung mal. Dia juga sesekali menulis di buku dengan penerangan lampu senter di tangan kirinya.
Saat menulis, dia meletakkan bukunya di atas lutut, lalu tangan kanannya menulis dan tangan kirinya menyalakan senter yang sorotnya diarahkan ke lembaran buku.
Setelah mengamati cukup lama dari jarak sekitar 10 meter, Jawa Pos Radar Malang menghampiri bocah itu. Tahu ada yang mendekat, Santana langsung menawarkan kuenya.
Setelah wartawan Radar Malang membeli lima kue yang masing-masing seharga Rp 2.000, Santana mengucapkan terima kasih sembari tersenyum, karena sedikit lagi kuenya habis terjual.
”Terima kasih Mas. Alhamdulillah sudah mau habis,” ujar gadis kelahiran tahun 2004 tersebut dengan wajah cerah.
Setelah itu, dia buru-buru menulis lagi. Iseng-iseng, wartawan Radar Malang mengintip tulisan Santana. Ternyata malam itu dia sedang mengerjakan PR (pekerjaan rumah) Matematika dari sekolahnya. Meski demikian, dia masih melayani obrolan.
Saat ditanya soal aktivitasnya berjualan, Santana tidak pelit cerita. Gadis itu mengatakan, dirinya telah berjualan kue basah di parkiran belakang MOG sejak tahun 2012 atau saat dia duduk di bangku kelas 2 SD.
Namun, pada waktu itu, dia berjualan bersama kakaknya, Yudha Richard Perdata. Setiap hari, dia pulang pergi (PP) Tumpang-Kota Malang dibonceng naik sepeda motor. ”Jadi sudah terbiasa Mas,” ungkapnya.
SANTANA Saharani Utami (12). Sejak umur 8 tahun, dia harus berjualan kue di parkiran belakang MOG (Mal Olympic Carden), Malang, Jatim, demi
- Rumah Musik Harry Roesli, Tempat Berkesenian Penuh Kenangan yang Akan Berpindah Tangan
- Batik Rifaiyah Batang, Karya Seni Luhur yang Kini Terancam Punah
- 28 November, Masyarakat Timor Leste Rayakan Kemerdekaan dari Penjajahan Portugis
- Eling Lan Waspada, Pameran Butet di Bali untuk Peringatkan Melik Nggendong Lali
- Grebeg Mulud Sekaten, Tradisi yang Diyakini Menambah Usia dan Menolak Bala
- AKBP Condro Sasongko, Polisi Jenaka di Tanah Jawara