Kisah Bupati Pacitan yang Hanya Menjabat selama 34 Hari
Merasa Tidak Jantan, Terkungkung Lima Larangan Gubernur
Minggu, 30 Januari 2011 – 08:08 WIB

Kisah Bupati Pacitan yang Hanya Menjabat selama 34 Hari
Karena itu, suami Sri Mulyati tersebut sengaja memprioritaskan persoalan yang bersifat mendesak. Di antaranya, meringankan derita korban bencana alam. "Pada akhir masa jabatan ini, saya memprioritaskan penanganan pascabencana. Termasuk kondisi kejiwaan korban, mungkin stres dan sebagainya," terangnya.
Dia juga aktif berkoordinasi dengan Pemprov Jatim untuk mendapatkan bantuan penanganan bencana. Hingga kini, pemerintah provinsi sudah mengucurkan dana Rp 250 juta untuk membantu penanganan bencana alam di Pacitan. "Mudah-mudahan dana susulan cepat turun sehingga dampak bencana segera tertangani," tambahnya.
Meski mengaku tidak akan terlalu ngoyo, Soedibjo merasa masih ada yang mengganjal selama dirinya menjadi bupati. Hal itu terkait dengan lima instruksi yang disampaikan Gubernur Soekarwo saat melantik dirinya. Lima instruksi yang berisi larangan tersebut adalah: dilarang melakukan mutasi, membatalkan perizinan, mengubah perda, memekarkan wilayah, dan mengambil kebijakan yang bertentangan dengan kebijakan sebelumnya.
Lima instruksi tersebut membuat Soedibjo merasa kurang sreg. Terutama larangan melakukan mutasi. Karena itu, dia pun sudah mengirimkan surat untuk meminta klarifikasi soal lima larangan tersebut. "Hingga hari ini (27/1), surat klarifikasi saya belum dijawab (oleh gubernur)," katanya.
Di Indonesia, mungkin ini baru terjadi di Pacitan, Jawa Timur. Yakni, ada bupati yang hanya menjabat selama sebulan, tepatnya 34 hari. ===========================
BERITA TERKAIT
- Semana Santa: Syahdu dan Sakral Prosesi Laut Menghantar Tuan Meninu
- Inilah Rangkaian Prosesi Paskah Semana Santa di Kota Reinha Rosari, Larantuka
- Semarak Prosesi Paskah Semana Santa di Kota Reinha Rosari, Larantuka
- Sang Puspa Dunia Hiburan, Diusir saat Demam Malaria, Senantiasa Dekat Penguasa Istana
- Musala Al-Kautsar di Tepi Musi, Destinasi Wisata Religi Warisan Keturunan Wali
- Saat Hati Bhayangkara Sentuh Kalbu Yatim Piatu di Indragiri Hulu