Kisah Cinta Perawat Amerika dan Tentara Afghanistan, Terpisah Gegara Taliban

"Saya dengan jujur berjuang dan setia kepada negara saya," katanya mengenai dua hal yang akan membuatnya menjadi sasaran di bawah rezim baru Taliban.
Dengan tenggat waktu penarikan pasukan Amerika Serikat yang semakin dekat saat itu, sang tentara menunggu, dari satu tempat persembunyian ke tempat persembunyian lain. Ia khawatir nyawanya akan terancam bila dia menampakkan diri di jalan-jalan di Kabul.
Selama beberapa minggu dia melihat warga Afghanistan memenuhi bandara, mencoba menaiki pesawat yang dioperasikan oleh pasukan Inggris, Amerika Serikat, dan Australia, yang pernah menjadi rekan kerjanya.
Namun, tentara tersebut tidak berani ke bandara. Satu-satunya paspor yang dimilikinya adalah paspor militer yang sudah habis masa berlakunya, dan kalau ada pemeriksaan Taliban, dia pasti akan ketahuan sebagai tentara.
Dia sempat mendengar suara bis yang mengevakuasi warga Australia dari beberapa bagian kota Kabul ke bandara, tapi ia tidak bisa menemukan jalan ke sana.
Dia tahu kalau dia bisa sampai di bandara dengan dokumennya, dia akan diterima dengan baik.
Cerita mengenai tentara Afghanistan yang ditangkap dan dieksekusi oleh pasukan Taliban membuatnya semakin khawatir.
Komunkasi sang tentara dengan si perawat di AS hanya bisa dilakukan lewat aplikasi WhatsApp dan pesan singkat.
Inilah kisah cinta seorang perawat Amerika dengan tentara Afghanistan yang dipisahkan Taliban
- Paus Fransiskus, Pemimpin Gereja Katolik yang Reformis, Meninggal Dunia pada Usia 88 tahun
- Dunia Hari Ini: PM Australia Sebut Rencana Militer Rusia di Indonesia sebagai 'Propaganda'
- Sulitnya Beli Rumah Bagi Anak Muda Jadi Salah Satu Topik di Pemilu Australia
- Rusia Menanggapi Klaim Upayanya Mengakses Pangkalan Militer di Indonesia
- Dunia Hari Ini: Siap Hadapi Perang, Warga Eropa Diminta Sisihkan Bekal untuk 72 Jam
- Rusia Mengincar Pangkalan Udara di Indonesia, Begini Reaksi Australia