Kisah Dai 3T asal Bogor, Terharu pada Sikap Toleransi Beragama di Pedalaman Toraja Utara

Kisah Dai 3T asal Bogor, Terharu pada Sikap Toleransi Beragama di Pedalaman Toraja Utara
Mumu Nazmudin (36), seorang pendakwah yang ikut serta dalam program Dai Terdepan, Terluar, Tertinggal (3T) Kementerian Agama di Toraja Utara. Foto: dok Kemenag

Pengalamannya di Toraja Utara bukan hanya tentang menyampaikan ajaran agama, tetapi juga membangun harmoni dalam keberagaman.

Tantangan akses dan kendala bahasa justru memperkuat tekadnya untuk terus berkontribusi bagi umat.

Melalui pendekatan inklusif, Mumu menunjukkan bahwa dakwah tak terbatas pada pertemuan langsung, tetapi juga bisa berlanjut secara daring. Upaya seperti ini perlu terus didukung agar dakwah tetap tumbuh di seluruh pelosok negeri.

Dihubungi terpisah, Dirjen Bimas Islam Kemenag, Abu Rokhmad memberi apresiasi yang tinggi kepada para dai yang bertugas di daerah 3T.

Menurutnya, dedikasi mereka dalam menyebarkan ajaran Islam yang ramah, damai, dan moderat telah berkontribusi besar dalam memastikan layanan keagamaan menjangkau pelosok desa.

Abu menyebut keberadaan para dai di daerah 3T sangat strategis dalam membangun harmoni sosial dan memperkuat pemahaman keagamaan yang inklusif.

Oleh karena itu, Kemenag berkomitmen untuk terus memberi dukungan bagi mereka agar dapat menjalankan tugas dengan lebih optimal.

“Kami sangat mengapresiasi perjuangan para dai yang telah mengorbankan waktu, tenaga, dan pikiran demi memastikan nilai-nilai Islam yang rahmatan lil alamin tersebar luas. Mereka juga berperan penting dalam menjaga kerukunan antarumat beragama serta menjunjung tinggi moderasi beragama,” tandas Abu.

Keberadaan para dai di daerah 3T sangat strategis dalam membangun harmoni sosial dan memperkuat pemahaman keagamaan yang inklusif.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News