Kisah di Balik Tragedi Lampung Selatan

Kisah di Balik Tragedi Lampung Selatan
Kisah di Balik Tragedi Lampung Selatan
’’Rumah saya juga dibakar habis. Mereka bukan orang Lampung saja, ada yang berdialek Palembang, Banten, dan Batak. Mereka itu gabungan dari berbagai suku. Entah bagaimana caranya mereka semua bisa berkumpul serentak menyerang,’’ ungkap Ny.Yani, warga Desa Sidereno yang termanggu sedih di depan puing-puing rumahnya.   

Ketika INDOPOS menyusuri jalan semakin memasuki Desa Sidoreno dan Desa Balinuraga, kondisinya makin memprihatinkan. Khususnya di Desa Balinuraga. Hampir seratus persen rumah-rumahnya hangus dibakar. Hanya Pura dan tempat-tempat sembahyang di depan rumah penduduk yang aman. Anehnya, saat INDOPOS memasuki rumah demi rumah, perabotan mebel yang hangus masih berada di posisinya. Namun peralatan elektronik seperti televisi dan tape sebagian tidak terlihat bekas rongsokannya.   

’’Mereka bukan hanya membunuh dan membakar rumah kami. Mereka juga menjarah harta benda kami. Semua perhiasan yang saya pakai, gelang, anting-anting, kalung dijarah. Baru saya dipukuli habis-habisan. Uang hasil dagangan ibu saya Rp 10 juta dibawa semua. Anak saya yang baru berumur 14 tahun dibacok-bacok,’’ tutur Ny Made, 50, sedih saat ditemui INDOPOS di lokasi pengungsian, di Sekolah Polisi Negara, Temilin Bandar Lampung.

Ny.Made juga menumpahkan kejengkelannya kepada aparat Polri dan TNI yang tidak berani masuk ke Desa Balinuraga, namun hanya berdiam diri di pintu masuk Desa Sidoreno yang berbatasan dengan Desa Sidorejo. ’’Aparat itu bawa senjata semua. Tapi penakut. Enggak ada satu pun yang masuk ke Desa Balinuraga untuk menyelamatkan kami,’’ kata dia sembari meneteskan air mata.

BANYAK kisah pilu di balik tragedi Lampung Selatan. Dari suara mereka, negara, dalam hal ini aparat keamanan, seolah tidak hadir ketika warga negara

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News