Kisah di Balik Tragedi Lampung Selatan
Senin, 05 November 2012 – 08:11 WIB
Pukul 23.00, Senin, Ny Made dan warga lainnya keluar dari tempat sembunyi di tengah hutan karet lalu merayap enam kilometer dari Banjar Sukamulya ke pintu masuk Desa Sidoreno supaya bisa bertemu aparat. ’’Saya bersama ibu saya yang umurnya sudah 75 tahun, bersama tiga anak saya yang salah satunya luka parah dibacoki. Semuanya ada 25 orang. Kebanyakan kami ibu-ibu, nenek dan anak-anak kecil. Syukur kami panjatkan ke Sang Hyang Widi Yasa masih mengizinkan kami hidup,’’ kenang dia.
Ny.Made melanjutkan, bapak mertua sahabatnya, Budar, 75,dibunuh secara sadis oleh gerombolan penyerang. ”Waktu kami lari ke hutan, gerombolan penyerang berusaha mengejarnya. Pak Budar pun mencegat penyerang untuk hambat gerak pengajar. Pak Budar lantas dibacoki, dipotong-potong. Kami sempat mendengar jeritannya. Mereka semua seperti tidak bertuhan,” kenangnya dengan nada lirih.
Ny.Ketut, 65, bertutur dirinya juga berlari dan merayap di tengah kegelapan malam dari Banjar Sari juga menuju perbatasan Desa Sidoreno dan Desa Sidorejo. ”Saya dituntun anak saya si Made ini. Saya sudah tua, mata saya sudah nggak awas, jadi dituntun anak. Tapi mereka keterlaluan. Mereka merampasi uang dan telepon (handphone) anak-anak kami, dipukuli dan dibunuh. Yang hidup karena berhasil kabur ke tengah hutan lalu bergabung dengan kami ini. Jam 2 pagi (Selasa 30/10) kita semua nekat saja berlari merayap ke ujung Desa Sidorejo itu,’’ urai Ny.Ketut, 65. (*)
BANYAK kisah pilu di balik tragedi Lampung Selatan. Dari suara mereka, negara, dalam hal ini aparat keamanan, seolah tidak hadir ketika warga negara
Redaktur & Reporter : Tim Redaksi
BERITA TERKAIT
- Eling Lan Waspada, Pameran Butet di Bali untuk Peringatkan Melik Nggendong Lali
- Grebeg Mulud Sekaten, Tradisi yang Diyakini Menambah Usia dan Menolak Bala
- AKBP Condro Sasongko, Polisi Jenaka di Tanah Jawara
- MP21 Freeport, Mengubah Lahan Gersang Limbah Tambang Menjadi Gesang
- Sekolah Asrama Taruna Papua, Ikhtiar Mendidik Anak-anak dari Suku Terpencil Menembus Garis Batas
- Kolonel Zainal Khairul: Pak Prabowo Satuan Khusus, Saya Infanteri dari 408