Kisah Guru Garis Depan, Berharap dapat Jodoh agar Betah

Kisah Guru Garis Depan, Berharap dapat Jodoh agar Betah
Petrus Purumbawa dan Pabera Tanambewa, dua guru GGD asal Nusa Tenggara Timur. Foto: Mesya Mohammad/JPNN.com

Namun semangat Petrus menjadi pengajar di Patamali karena melihat semangat anak-anak. Walaupun rumahnya jauh dari sekolah, mereka sangat bersemangat mendapatkan pendidikan.

"Daerah tempat saya mengabdi masih sangat sepi. Rumah penduduknya jauh--jauh. Kalau hujan tambah susah lagi karena mesti seberang sungai," ucapnya sambil tersenyum.

Kondisi Petrus ini sama seperti lokasi pengabdian Pabera di Praimahala. Bedanya, Petrus kelihatan lebih siap, sedang Pabera menjalaninya karena menganggap program ini jalan untuk bisa diangkat menjadi PNS.

Sejatinya dia ingin mengajar di lokasi non 3T. Apadaya peluang itu sangat kecil sehingga pilihan terakhir GGD.

Pabera dikontrak 20 tahun oleh Pemkab Sumba Tengah. Di wajahnya tampak ada beban berat yang dipikulnya.

"Untung saya masih bujangan, jadi sudah siaplah menghadapi risikonya," ucapnya.

Pabera bertekad memajukan pendidikan di Sumba Tengah. Apalagi sebagai GGD, dia akan mendapatkan gaji serta tunjangan lebih besar dibanding guru di daerah non 3T.

"Belum mengajar saya sudah mendapatkan gaji CPNS. Mudah-mudahan saya bisa kuat di sana," harapnya.

Para guru garis depan (GGD) ini sudah berstatus PNS dan langsung dikirim ke daerah-daerah yang minim fasilitas.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News