Kisah Habib Idrus bin Salim Al-Jufri, Nasionalisme dan Tak Goyah pada Materi

Kisah Habib Idrus bin Salim Al-Jufri, Nasionalisme dan Tak Goyah pada Materi
Cendikiawan Muslim KH. Ahmad Baso dalam acara Program Inspirasi Ramadan BKN PDI Perjuangan bersama host Mirza Ahmad, Jumat (8/4) dini hari. Foto: BKN PDIP

“Beliau yakin PRRI/Permesta ini akan tumbang karena merusak ikatan solidaritas kebangsaan kita, karena mencabik-cabik solidaritas itu. Soekarno kan tarikannya ke kemanusiaannya, sedangkan ini (PRRI/Permesta) saling memusuhi anak bangsa ini,” imbuh Kiai Baso.

Kisah harumnya berlanjut hingga berkembangnya Yayasan Al-Khairaat ke seantero wilayah Sulawesi, Kalimantan, Maluku, dan Papua. Hal itu tak lepas dari gerakan menebar benih perdamaian dan kebaikan dari yayasan ini. Bahkan, di Sulawesi Utara, kata Kyai Baso, Pesantren Al-Khairaat juga tumbuh di lingkungan umat kristiani.

“Kenapa bisa hidup? Karena sifat gotong royong membangun masjid, membangun gereja, dan juga membangun sekolah-sekolah Al-Khairaat itu sendiri. Inilah rasa solidaritas kebangsaan yang beliau dapatkan,” ujar Kiai Baso.

Kiprah patriotisme dan pejuang kemanusiaan yang inspiratif dari Sayid Idrus bin Salim Al-Jufri itu kini diabadikan dalam satu nama bandara terbesar di Palu, Sulawesi Tengah.

Presiden Soekarno pada 1954, memberi nama Mutiara kepada bandara itu karena diprediksi tepat berada di tengah deretan hijau Zamrud Khatulistiwa. Lalu pada 2014, Kementerian Perhubungan menambahkan nama menjadi Bandara Mutiara SIS Al-Jufri, Palu. (tan/jpnn)


Perjuangan Habib Idrus bin Salim Al-Jufri dalam mempertahankan prinsipnya sangat kuat. Habib Idrus dianggap punya sejarah dengan Bung Karno.


Redaktur & Reporter : Fathan Sinaga

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News