Kisah Haru Pasutri Penyandang Cacat: Berbagi Ilmu dengan Menempuh Perjalanan Laut
“Adik-adik penyandang cacat ketika selesai sekolah biasanya bingung mau melanjutkan pengembangan ilmu dan keterampilan mereka di mana. Kami ingin membantu menyediakan wadah untuk itu. Agar hasil kerja mereka juga nantinya tahu mau dipasarkan di mana dan bagaimana,” ujar pria yang dapat memainkan semua jenis alat musik itu.
Di tengah kondisi yang serba terbatas, Risal dan Jannah menyadari pentingnya memiliki pendidikan formal. Keduanya kini tengah menempuh perkuliahan di Universitas Negeri Manado Fakultas Pendidikan Luar Biasa. Proses perkuliahan ini tergolong mahal, sebab para dosen lah yang didatangkan ke Ternate. Untuk sekali pertemuan, mereka harus membayar Rp 225 ribu per orang. Itu hanya untuk satu mata kuliah.
“Untuk penyandang cacat yang mengikuti perkuliahan ini ada empat orang. Memang agak berat biayanya, namun kami harus tetap kuliah. Semoga ada bantuan dana dari pemerintah daerah untuk dapat sedikit meringankan,” tutup keduanya.(kai/fri/jpnn)
KONDISI tubuh yang tak sempurna tak menyurutkan niat Risal Assor dan Nurjannah, pasangan suami istri (pasutri) penyandang cacat, untuk berbagi ilmu
Redaktur & Reporter : Tim Redaksi
- Eling Lan Waspada, Pameran Butet di Bali untuk Peringatkan Melik Nggendong Lali
- Grebeg Mulud Sekaten, Tradisi yang Diyakini Menambah Usia dan Menolak Bala
- AKBP Condro Sasongko, Polisi Jenaka di Tanah Jawara
- MP21 Freeport, Mengubah Lahan Gersang Limbah Tambang Menjadi Gesang
- Sekolah Asrama Taruna Papua, Ikhtiar Mendidik Anak-anak dari Suku Terpencil Menembus Garis Batas
- Kolonel Zainal Khairul: Pak Prabowo Satuan Khusus, Saya Infanteri dari 408