Kisah Hebat Anak-anak Suku Dayak Amandit Menggapai Impian
Yuliawan yakin anak-anak didiknya memiliki potensi yang luar biasa jika digali dengan maksimal. Hal itu dibuktikan dengan sederet trofi penghargaan yang telah diraih sekolah dari berbagai kompetisi level kabupaten maupun provinsi. ’’Kami rata-rata juara di O2SN,’’ tuturnya seraya menunjukkan salah satu lemari di ruang guru yang berisi puluhan piala dari berbagai ajang lomba.
Hal itu pula yang melecut para guru di SDN Loklahung untuk tetap setia mengajar. Mereka memiliki optimisme yang sama seperti Yuliawan di tengah keterbatasan. Mereka ingin para murid mendapat perhatian lebih dari pemerintah. ’’Pada dasarnya, anak-anak kami berpotensi. Kami butuh support pemerintah,’’ ujarnya.
Harapan Yuliawan itu memang tidak berlebihan. Sekolah di Jalan Brigjen H Hasan Baseri tersebut menjadi satu-satunya jujukan warga pelosok suku Dayak Amandit untuk menyekolahkan anak-anak mereka. Penduduk Manakili sampai Kota Loksado mengirimkan anak mereka ke sekolah itu.
Dari pantauan di lapangan, sekolah tersebut hanya terdiri atas dua lokal, yakni lima ruang kelas. Dua di antaranya baru selesai dibangun. Lapangan upacara dan segala kegiatan ekstrakurikuler menggunakan pekarangan sekolah yang masih berupa hamparan tanah. Ketika hujan turun, mereka harus berlumuran lumpur. Karena itu pula, mayoritas siswa lebih suka mengenakan sandal ke sekolah.
Fasilitas seperti alat peraga mengajar pun jauh tertinggal jika dibandingkan dengan sekolah-sekolah lain. Jangankan dibandingkan dengan sekolah di Jakarta yang sudah dilengkapi proyektor atau studio musik, bersaing dengan sekolah di pusat-pusat Kota Loksado saja, sekolah itu jauh dari kata sepadan.
Tentu, itu bukan hanya tanggung jawab pemerintah setempat. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan juga harus memberikan perhatian seriuas. Mereka tidak boleh melupakan nasib pendidikan anak-anak di pelosok negeri. (*/ilo/c5/end)
PARA murid SDN Loklahung, Loksado, Kabupaten Hulu Sungai Selatan, Kalimantan Selatan, harus berkalang peluh. Mereka harus bertaruh nyawa hanya untuk
Redaktur & Reporter : Tim Redaksi
- Rumah Musik Harry Roesli, Tempat Berkesenian Penuh Kenangan yang Akan Berpindah Tangan
- Batik Rifaiyah Batang, Karya Seni Luhur yang Kini Terancam Punah
- 28 November, Masyarakat Timor Leste Rayakan Kemerdekaan dari Penjajahan Portugis
- Eling Lan Waspada, Pameran Butet di Bali untuk Peringatkan Melik Nggendong Lali
- Grebeg Mulud Sekaten, Tradisi yang Diyakini Menambah Usia dan Menolak Bala
- AKBP Condro Sasongko, Polisi Jenaka di Tanah Jawara