KISAH HEROIK! Portugis, Spanyol dan Belanda Mati-matian Merebut Barnavel
Tinggi dinding benteng kurang lebih 4 meter, dengan tebal 60 sentimeter. Selain itu, terdapat ceruk bidik pada setiap sisi parapet atau bagian dinding yang rendah pada tembok pelindung benteng. Sebelum naik ke pelataran atas, terdapat ruang tentara di belakang pintu masuk utama.
Pada bagian atas terdapat dua bekas bangunan dengan tiga ruangan besar dan satu ruangan kecil. Usia membuat sebagian plester dinding benteng terkelupas sehingga nampak struktur dinding dalam benteng.
Di sekitar benteng seluas 480 meter persegi itu terdapat batu prasasti besar bertulisan latin. Di bagian kanan batu terdapat tanda keluarga Pieter Both, Gubernur Jenderal pertama VOC, perusahaan dagang Belanda. Prasasti ini masih utuh hingga saat ini.
Sayang, begitu Indonesia merdeka dan Benteng Barnaveld ditinggalkan Belanda, kondisinya menjadi tak terurus. Beberapa pohon besar tumbuh, juga semak belukar.
Baru pada 2014, kawasan benteng seluas 2.400 meter persegi ini mulai diperhatikan lagi. Melalui Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan yang bekerja sama dengan Balai Pelestarian Cagar Budaya Maluku Utara, berbagai pemugaran dilakukan.
Kini, Barnaveld menjadi salah satu destinasi wisata sejarah di Pulau Bacan. Sebagai satu-satunya benteng di pulau terbesar kedua di Kabupaten Halmahera Selatan itu, Barnaveld memiliki daya tariknya sendiri. Juga sebagai bukti bahwa Bacan pun pernah menjadi salah satu kawasan strategis perdagangan rempah dunia.(JPG/cr-07/kai/fri/jpnn)
Redaktur & Reporter : Tim Redaksi
- Rumah Musik Harry Roesli, Tempat Berkesenian Penuh Kenangan yang Akan Berpindah Tangan
- Batik Rifaiyah Batang, Karya Seni Luhur yang Kini Terancam Punah
- 28 November, Masyarakat Timor Leste Rayakan Kemerdekaan dari Penjajahan Portugis
- Eling Lan Waspada, Pameran Butet di Bali untuk Peringatkan Melik Nggendong Lali
- Grebeg Mulud Sekaten, Tradisi yang Diyakini Menambah Usia dan Menolak Bala
- AKBP Condro Sasongko, Polisi Jenaka di Tanah Jawara