Kisah Ibu Tunanetra Tiga Kali Naik Haji: Ada Perasaan Nikmat

Kisah Ibu Tunanetra Tiga Kali Naik Haji: Ada Perasaan Nikmat
Ibu Musdalifah di asrama haji Sudiang, Makassar, Senin, 8 Agustus. Foto: Nurhadi/Fajar/JPNN.com

Saat pertama naik haji, dia memang sendirian. Pada 2001, dia naik haji didampingi oleh suaminya. Tahun ini, dia bersyukur bisa berhaji bersama suami dan dua anaknya. Meskipun dia harus menunggu selama tujuh tahun. 

"Kami mendaftar haji sejak tahun 2009. Alhamdulillah tahun ini sudah bisa berangkat," katanya.

Naik haji kali ini dia niatkan untuk menghajikan almarhum ayahnya, Aruna Teggang, yang meninggal tahun 1985.

Meski matanya bermasalah dan tak lagi bisa melihat kakbah, selalu ada hal yang membuatnya rindu dengan Tanah Suci. "Setiap naik haji ada kerinduan yang luar biasa ke Kabah. Seandainya bisa pergi setiap tahun tentu saya saya ke sana. Ada perasaan nikmat," katanya. 

Kalau orang mengeluarkan harta di jalan yang tidak jelas, kata dia, akan cepat habis. "Tapi kalau untuk jalan Allah, akan selalu bertambah," sebutnya lagi.

Kini, Musdalifah telah dikaruniai 14 cucu dari lima anaknya yang telah berkeluarga. Sayangnya, tak satu pun cucu-cucu itu pernah dilihat wajahnya. Meski begitu dia bisa mengenal cucunya jika sudah ada di dekatnya. (*/zuk/sam/jpnn)

 


SENIN pagi, 8 Agustus, Asrama Haji Sudiang, Makassar, Sulsel, mulai ramai dengan kehadiran calon jemaah haji (CJH). Seorang perempuan paruh baya


Redaktur & Reporter : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News