Kisah Jenderal TNI Menolak Keris sebelum Malari

Alkisah, pada 12 Januari 1974 menjelang tengah malam, rumah Soemitro kedatangan tamu. Namanya Gatot Supangkat.
“… teman dari Jawa Timur,” ujar Soemitro dalam biografi terbitan Pustaka Sinar Harapan itu.
Pak Mitro mengenal Supangkat sebagai atlet dasalomba atau decathlon. Saat itu, Supangkat datang bersama seorang anak muda yang tampak kusut.
Soemitro mengaku tidak mengetahui nama pemuda yang menemani Supangkat. Namun, ada hal yang membekas dari pertemuan itu pada benak Pak Mitro.
Awalnya Soemitro menganggap kedatangan tamu yang akan menyampaikan selamat ulang tahun. Ternyata, Supangkat dan temannya membawa keris. “Saya terkejut,” ujar Soemitro.
Syahdan, Supangkat menjelaskan pentingnya keris itu. Sebagai orang Jawa, Soemitro memahami falsafah tentang keris.
Setelah Supangkat menjelaskan soal keris tersebut, Soemitro merespons. “Apa maksudmu memberikan keris ini padaku?” tanyanya.
Waktu itu Soemitro dikenal sebagai tokoh populer. Banyak kalangan menjagokannya menjadi pesaing Soeharto yang kala itu Presiden RI.
Ada cerita tentang keris sebelum Malari meletus. Kisah itu didedahkan dalam biografi Soemitro yang ditulis Ramadhan K.H.
- GM FKPPI Tegaskan Komitmen Jaga Demokrasi di Tengah Transformasi Peran TNI
- Soeharto Memenuhi Kriteria Jadi Pahlawan Nasional, tetapi Terganjal Hal Ini
- Diskusi UU TNI di Kampus, Pangdam I/BB: Kami Terbuka terhadap Kritik
- Bea Cukai dan TNI Memperkuat Sinergi Pengawasan yang Solid di Yogyakarta dan Nunukan
- Perkuat Sinergisitas, Panglima TNI Terima Kunjungan Ketua BPK RI
- Haidar Alwi: TNI-Polri Peringkat 5 Pasukan Penjaga Perdamaian Dunia