Kisah 'Laskar Pelangi' dari Timor Tengah Selatan, NTT

1,5 Jam Taklukkan Medan Terjal Menuju Sekolah

Kisah 'Laskar Pelangi' dari Timor Tengah Selatan, NTT
Angkutan Gratis : Anak-anak sekolah di sekitar tambang mempersingkat jalan mereka dengan menumpang mobil proyek tambang sepulang sekolah di Desa Supul, Kecamatan Kuatnana, Kabupaten Timor Tengah Selatan. Foto : Boy Slamet/Jawa Pos
 

Kampung Oefeno dihuni sekitar 260 jiwa dari 50 kepala keluarga (KK). Kampung tersebut berdampingan langsung dengan lokasi tambang batu mangan milik PT Soe Makmur Resources (PT SMR). Setiap hari sekitar 1.200 warga terlibat di pertambangan itu.

 

Jalan yang dilalui para siswa menuju sekolah adalah jalan menuju lokasi tambang. Awalnya jalan tersebut hanya jalan setapak yang sempit dan becek. Namun, setelah perusahaan tambang PT SMR masuk pada 2008, jalan pun diperlebar. Bukit dan pohon-pohon dikeruk untuk memudahkan akses lalu lalang kendaraan perusahaan asal Jakarta itu. Bahkan, bekas kerukan dengan alat berat di sisi-sisi bukit masih terlihat. Kondisi tersebut amat membahayakan pengguna jalan karena rawan longsor.

 

"Sekarang akses sudah cukup bagus. Warga di pedalaman juga tidak terisolasi lagi," tutur Staf Humas PT SMR Jefry Unbanunaek kepada Jawa Pos.

 

Dengan akses yang sudah diperlebar, bukan hanya mobil-mobil tambang yang merasakan manfaatnya. Warga dan para siswa yang hendak ke sekolah pun semakin mudah. Jika beruntung, para siswa bisa menumpang mobil-mobil tambang secara gratis. Itu membantu mereka untuk cepat sampai sekolah atau pulang ke rumah.

Pendidikan menjadi barang yang mahal di daerah terpencil seperti Timor Tengah Selatan, Nusa Tenggara Timur (NTT). Untuk mencapai sekolah, anak-anak

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News