Kisah 'Laskar Pelangi' dari Timor Tengah Selatan, NTT
1,5 Jam Taklukkan Medan Terjal Menuju Sekolah
Rabu, 29 Februari 2012 – 00:09 WIB
"Anak-anak cukup terbantu dengan adanya mobil tambang. Mereka bisa numpang gratis," kata Jefry.
Lain lagi ceritanya kalau hujan. Semua mobil tambang, kecuali ekskavator, tidak bisa leluasa berjalan. Kendaraan akan terjebak lumpur dan tanah gunung yang licin. Kondisi jalan menjadi sangat licin.
Musim hujan juga berdampak pada para siswa dari Kampung Suti dan Oefeno. Mereka jadi kerap terlambat ke sekolah. Untung, pihak sekolah bersikap bijak dengan memberikan toleransi keterlambatan.
"Kami memberikan toleransi jika terlambat. Karena semangat mereka untuk belajar sebenarnya sangat tinggi," kata Yustus Falo, 54, wakil kepala SD Inpres Supul Meo.
Pendidikan menjadi barang yang mahal di daerah terpencil seperti Timor Tengah Selatan, Nusa Tenggara Timur (NTT). Untuk mencapai sekolah, anak-anak
BERITA TERKAIT
- Eling Lan Waspada, Pameran Butet di Bali untuk Peringatkan Melik Nggendong Lali
- Grebeg Mulud Sekaten, Tradisi yang Diyakini Menambah Usia dan Menolak Bala
- AKBP Condro Sasongko, Polisi Jenaka di Tanah Jawara
- MP21 Freeport, Mengubah Lahan Gersang Limbah Tambang Menjadi Gesang
- Sekolah Asrama Taruna Papua, Ikhtiar Mendidik Anak-anak dari Suku Terpencil Menembus Garis Batas
- Kolonel Zainal Khairul: Pak Prabowo Satuan Khusus, Saya Infanteri dari 408