Kisah 'Laskar Pelangi' dari Timor Tengah Selatan, NTT

1,5 Jam Taklukkan Medan Terjal Menuju Sekolah

Kisah 'Laskar Pelangi' dari Timor Tengah Selatan, NTT
Angkutan Gratis : Anak-anak sekolah di sekitar tambang mempersingkat jalan mereka dengan menumpang mobil proyek tambang sepulang sekolah di Desa Supul, Kecamatan Kuatnana, Kabupaten Timor Tengah Selatan. Foto : Boy Slamet/Jawa Pos

Misalnya, sarung tangan, masker, dan bahkan alas kaki. Mereka juga tampak berjubel di antara puluhan orang dewasa yang berebut bongkahan batu mangan.

 

PT SMR menyangkal jika pihaknya dianggap mempekerjakan anak-anak. Hanya, mereka memang tidak bisa melarang anak-anak yang datang ke area tambang karena tujuan awalnya adalah menyusul orang tua mereka.

"Banyak yang menyebut kami mempekerjakan anak-anak. Padahal, kami tidak pernah melakukannya," kata Thomas Betty, 29, kepala produksi PT SMR.

 

Sementara itu, Direktur Eksekutif Wahana Lingkungan Hidup (Walhi) Daerah NTT Hery Naif, 34, mengatakan bahwa hadirnya pertambangan amat rentan dengan eksploitasi kepada anak. "Secara langsung hak-hak anak sering dieksploitasi," tandasnya.

Pendidikan menjadi barang yang mahal di daerah terpencil seperti Timor Tengah Selatan, Nusa Tenggara Timur (NTT). Untuk mencapai sekolah, anak-anak

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News